Press ESC to close

Pengendalian Tembakau Bisa Mengendalikan Pandemi?

Gerakan pengendalian tembakau pada berbagai upayanya kerap memanfaatkan situasi sosial yang tengah dialami masyarakat. Di antaramya melalui situasi pandemi yang tak kunjung tuntas diatasi. Gerakan pengendalian ini cenderung absurd, lantaran logika yang dibangun adalah dengan menakut-nakuti perokok.

Dalam arti lebih luas lagi mengarah pada upaya mengobrak-abrik kewarasan publik. Selain menyatakan rokok menjadi medium penularan covid, ditambah lagi menyoal terancamnya imunitas masyarakat akibat rokok, kerap pula dalam upaya mememberangus eksistensi rokok di masyarakat, gerakan pengendalian tembakau menggunakan suara pihak-pihak otoritatif.

Bicara tentang kesehatan, tentu adalah suatu hal normatif yang menjadi perhatian masyarakat luas. Apalagi di masa pandemi yang sangat menuntut kewaspadaan tinggi semua orang. Kewaspadaan masyarakat dalam upaya memproteksi diri dan keluarga dari ancaman covid ini, oleh kalangan pembenci rokok seakan digunakan untuk menebar ketakutan.

Upaya mempertebal stigma buruk terhadap rokok ini terus dilakukan dengan mengaitkan angka statistik pasien covid. Disebutkan, bahwa risiko tinggi yang mengancam perokok melulu disebabkan oleh asap rokok.

Baca Juga:  Siapa Bilang Orang yang Tidak Merokok Tidak akan Kena Kanker?

Padahal, angka pasien covid yang punya riwayat perokok dinyatakan sembuh tidaklah kecil. Bahkan jika kita tilik lebih lanjut, banyak variabel lain yang bisa diangkat menyangkut hal-hal yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh dan potensi penularan covid yang lebih konkret.

Misalnya, terkait abainya sebagian masyarakat dalam menjalani prokes covid. Bisa kita temukan pada berbagai ruang publik dimana terdapat interaksi publik seperti mengabaikan aturan social distancing, kelalaian semacam ini masih saja terjadi. Minimnya kesadaran sebagian masyarakat dalam menjaga potensi penularan virus.

Pada beberapa studi yang fokus pada penelitian terkait tembakau, justru nikotin pada tembakau dapat digunakan sebagai salah satu alternatif solusi dari bahaya covid. Namun, sebagaimana kita tahu, gerakan pengendalian tembakau yang kerap bermain lewat mitos-mitos kesehatan tak pernah mau obyektif dalam memaknai produk tembakau berupa rokok.

Hal ini telah berulang dilakukan sehingga semakin mempetebal motif gerakan antitembakau ini dalam memberangus industri rokok dalam negeri. Sudahlah di masa pandemi ini banyak sektor ekonomi yang terpukul, ditambah lagi masifnya wacana-wacana yang menakut-nakuti masyarakat.

Baca Juga:  Apa Urgensinya Pasal yang Mengatur Zonasi Penjualan Rokok di RPP Kesehatan?

Bukan tidak mungkin, alih-alih ingin mengingatkan publik agar menjaga imunitas tubuh, justru menjadi kontraproduktif. Lantaran wacana yang dimasifkan oleh pihak-pihak otoritatif kesehatan ini berpotensi meresahkan masyarakat.

Nah, jika masyarakat menjadi resah oleh berbagai kampanye gerakan antitembakau, justru ini dapat berpotensi menurunkan imunitas masyarakat. Dari upaya-upaya yang dimasifkan berdasar kepentingan pengendalian tembakau ini mengarah pada upaya mengendalikan situasi pandemi.

Sebagian besar masyarakat sudah cukup mengerti dan punya cara-caranya sendiri dalam menyikapi imunitas tubuh. Dengan menjaga pola hidup seimbang serta mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara proporsional.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah