Kerap dilabel sebagai “perokok berat”, Maurizio Sarri tetap eksis di jagad sepakbola dunia. Usai berhasil membawa Juventus menjuarai Serie A musim 2019-2020, Sarri berstatus tanpa klub selama semusim terakhir.
Sarri sempat disudutkan media karena kebiasaan merokoknya. Kabar keretakan ruang ganti Juventus ramai dibicarakan pasca pemecatannya kala itu. Beberapa pemain Juventus dikabarkan tidak suka dengan citra Sarri sebagai perokok berat.
Kini Maurizio Sarri kembali. Dia dipilih oleh Lazio menjadi nakhoda untuk mengarungi kompetisi Serie A musim depan, menggantikan Simone Inzaghi yang hijrah ke Inter Milan.
Ada yang unik dari proses pengumuman pelatih baru Lazio ini. Akun twitter resmi klub @OfficialSSLazio mengunggah twit gambar rokok. Dari sana publik sudah menduga soal penunjukan Sarri. Ya, memang sosoknya identik dengan rokok. Ramai desas-desus, barulah Lazio membuat pernyataan resmi. Sebuah strategi unik dalam upaya merebut atensi publik.
Satu yang bisa digarisbawahi adalah fakta bahwa seorang perokok tetap bisa mengukir prestasi. Dua musim terakhir dalam karir kepelatihannya, Sarri meraih dua gelar. Bersama Chelsea, Sarri merebut gelar Europa League, semusim sebelum menukangi Juventus (dan menjuarai liga). Luar biasa.
Label buruk pada perokok dibuktikan dengan prestasi olehnya. Bersama Lazio, Sarri mencoba kembali peruntungannya. Kiprahnya layak dinanti.
Oh iya, menyoal statusnya sebagai perokok berat tentu masih bisa diperdebatkan. Bahwa beliau seorang perokok, iya. Tapi, berat atau ringan kan bergantung pada kapasitas tiap individu. Kalau saya hanya sanggup merokok 2 batang per hari, lalu dipaksa mengisap sebungkus, tentu itu jadi sesuatu yang berat. Pun demikian sebaliknya. Jika biasa konsumsi sebungkus, mengisap dua-tiga batang adalah hal yang biasa saja. Logika tersebut berlaku umum. Tak hanya soal rokok.
Sebenarnya ada banyak pelatih (atau bahkan pemain sepak bola) yang juga merupakan perokok. Lantas, kenapa label tersebut melekat pada Sarri? Mungkin karena Sarri berani tampil terbuka sebagai perokok, di saat yang bersamaan, dunia olahraga kerap dicitrakan jauh dari rokok. Ya, kira-kira begitu.
Intinya, status perokok tak menghalangi siapapun untuk berprestasi. Setidaknya itu yang dibuktikan perokok tua berusia 62 tahun bernama Maurizio Sarri.
Selamat berjuang, Maurizio!
- Merokok Di Rumah Sakit, Bolehkah? - 27 October 2022
- Sound Of Kretek, Wujud Cinta Bottlesmoker - 4 October 2022
- Membeli Rokok Itu Pengeluaran Mubazir? - 12 September 2022