Press ESC to close

Tar Pada Rokok Dianggap Berbahaya, Kenapa?

Selalu ada celah bagi para pembenci rokok untuk mencari apa saja yang berbahaya dari sebatang rokok. Tar pada rokok sering mereka asumsikan sebagai sesuatu yang berbahaya. Benarkah demikian? Mengapa juga bisa disebut berbahaya?

Mulanya kita harus jernih terlebih dahulu dalam melihat fenomena ini. Secara garis besar, tar adalah zat kimia yang dihasilkan dari proses pembakaran. National Cancer Institute di Amerika Serikat berpendapat bahwa tar dihasilkan dari tembakau yang dibakar.

Nah, karena disebut berasal dari proses pembakaran tembakau, maka barang tersebut dianggap berbahaya. Akibatnya semua rokok dianggap bisa mengganggu kesehatan. Bahkan tidak hanya perokok, tapi orang-orang di sekitar yang juga terpapar asapnya.

Asumsi itu sebenarnya tak sepenuhnya benar. Bahwasanya ada zat kimia yang dihasilkan dari proses pembakaran terbakau benar adanya. Tapi apakah hanya rokok yang bisa menghasilkannya? Jawabannya tidak!

Pembakaran lainnya dalam skala besar, seperti batu bara dan cangkang kelapa sawit juga menghasilkan zat sisa pembakaran. Zat ini juga dapat muncul dari pembakaran lainnya seperti sampah, sate, dan ayam bakar sekali pun.

Baca Juga:  Agar Perda KTR Surabaya Tidak Menjadi Aturan yang Kontraproduktif

Justru pembakaran batu bara dan cangkang kelapa sawit malah dapat menghasilkan jumlah tar yang besar ketimbang rokok? Bahkan jumlah zat yang besar tersebut bisa sangat merugikan masyarakat.

Zat sisa pembakaran pada batubara cukup melimpah, namun sering dianggap limbah karena baunya yang tidak enak. Sedangkan tar tempurung kelapa sawit dihasilkan dari fraksi berat pembuatan asap cair yang dilewatkan pada pendingin (Sarwono, Djumari, & Ledo, 2015).

Selanjutnya ketika kita makan sate, ayam bakar, dan daging asap, sebenarnya zat sisa pembakaran juga masuk dalam tubuh kita. Jadi sebenarnya menyalahkan tar pada rokok sebagai satu-satunya faktor sebuah penyakit adalah tidak tepat.

Karena dalam kehidupan kita seperti sekarang ini pola makan pun turut berpengaruh. Apalagi makan makanan yang dibakar sudah menjadi gaya hidup baru yang sudah dikuti oleh masyarakat bertahun-tahun lamanya.

Sejatinya kita harus tetap pandai-pandai diri dalam mengatur gaya hidup. Tidak ada masalah untuk merokok, asalkan dibarengi dengan hal-hal positif lainnya seperti minum air putih yang banyak, makan makanan yang bergizi, menjaga pola tidur, dan berolahraga secara rutin.

Baca Juga:  Budidaya Tembakau Selopamioro Butuh Dukungan Pemerintah

Tabik.

Indi Hikami

Indi Hikami

TInggal di pinggiran Jakarta