Mulai dari Radja Nainggolan, Mesut Özil, hingga Gianluigi Buffon, adalah sederet nama pesepakbola beken yang diketahui mengonsumsi rokok. Pesepakbola merokok bukanlah hal yang baru.
Nama-nama itu tidak sembarangan. Mereka adalah atlet dengan segudang pengalaman dan prestasi. Melalui mereka pula perokok bisa membuktikan kalau tudingan antirokok keliru. Perokok juga bisa berprestasi.
Tak hanya pemain, pelatih sepak bola kenamaan pun ada yang merokok. Sebut saja Carlo Ancelotti, Marcello Lippi, Jürgen Klopp, dan Maurizio Sarri, adalah pelatih top yang sempat diketahui merokok. Mereka pun berprestasi di timnya masing-masing.
Belakangan, dunia sepakbola Malaysia dihebohkan oleh pemberitaan Safee Sali, penyerang Tim Nasional Malaysia. Namanya ramai diperbincangkan publik karena pendapatnya soal rokok.
Seorang pengikut Safee Sali di instagram bertanya tentang fenomena pesepakbola merokok yang banyak terjadi di Malaysia. Tak diduga, tanggapan Safee Sali lantas menuai kontroversi di jagad media sosial.
“Pemain tempatan (lokal) hisap rokok.. Pemain import (asing) minum arak. Sama je kan. Selagi mereka boleh perform dan tak membahayakan nyawa/karier mereka tidak ada masalah,” kata Safee Sali, dilansir dari Vocket FC.
Satu hal yang kita sadari, ternyata fenomena semacam ini tak hanya terjadi di Indonesia. Seorang tokoh publik dengan nama besar, akan seketika jatuh kredibilitasnya hanya perkara berpendapat positif soal rokok. Padahal, pendapatnya pun masih terukur dan masuk akal.
Seperti yang dibahas di awal, sebenarnya pesepakbola yang merokok adalah hal lumrah di Eropa, tempat sepakbola tumbuh dan berkembang luar biasa. Hanya saja, warganet di Eropa tentu tidak sebar-bar di sini.
Watak dari antirokok sangat tercermin dari cara publik kita memandang rokok dan perokok. Akan lebih fair jika kita mengomentari atau mengkritik pesepakbola berdasarkan penampilannya di atas lapangan. Ya, kehidupan di luar lapangan memang penting, tapi, ayolah, apa yang salah dari merokok?
Tak hanya Safee Sali, kita bisa mudah menemukan fenoma serupa di internet. Mulai dari artis lokal hingga artis K-Pop pun kerap dilabel negatif hanya karena rokok. Beberapa di antara mereka bahkan punya rekam jejak baik dan kontribusi besar bagi sosial. Sayang, semua seolah diabaikan.
Fenomena ini adalah manifestasi cara pikir antirokok pada umumnya. Kelompok antirokok memang cenderung menjadikan rokok sebagai biang dari beragam persoalan, tanpa mau melihat sisi lain. Beragam hal mereka framing sebagai akibat dari rokok, mulai dari kemiskinan, penyakit, hingga kebakaran gedung. Cara pikir ini harus diluruskan.
- Merokok Di Rumah Sakit, Bolehkah? - 27 October 2022
- Sound Of Kretek, Wujud Cinta Bottlesmoker - 4 October 2022
- Membeli Rokok Itu Pengeluaran Mubazir? - 12 September 2022