Petani tembakau dalam ekosistem industri rokok memiliki andil utama akan ketersediaan bahan baku. Tembakau yang ditanam petani sebagian besar terserap industri untuk nantinya diterima negara sebagai devisa. Namun jika kita lihat perkembangannya, derajat dan kesejahteraan petani masih jauh dari kata menggembirakan.
Sebagaimana yang kita ketahui, kondisi pertembakauan di Indonesia kerap mengalami akses dari persoalan regulasi. Mulai dari regulasi cukai yang berdampak pada serapan panen, menurunnya permintaan pabrikan akibat beban produksi yang meningkat. Ditambah lagi situasi pandemi yang membawa dampak terhadap proses produksi petani.
Hal penting yang tak luput menjadi perhatian, adanya persoalan tata niaga yang berakibat pada anjloknya harga jual tembakau. Keberadaan petani sebagai penyedia bahan baku bagi industri, bagi gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, perlu adanya keberpihakan pemerintah serta elemen terkait dalam mengangkat derajat dan kesejahteraan petani.
Hal itu diungkapkan Ganjar melalui akun Instagram pribadinya, yang mengisyaratkan pula kepada Badan Riset Inovasi Nasional untuk membantu mewujudkan keinginannya. Yakni keinginan memiliki satu pusat riset dan pengembangan tembakau.
Ada sekitar 7 juta lebih petani yang menggantungkan hidupnya dari industri rokok. Gubernur Jawa Tengah ini melihat potensi yang sangat besar dari ekosistem pertembakauan yang perlu didukung. Disebutkannya ada 17 provinsi penghasil di Indonesia, empat yang tertinggi adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan NTB.
Ekonomi pertembakauan ini dinilai sangat memberi keuntungan yang signifikan bagi negara. Sehingga sangat perlu untuk diperhatikan, terutama menyangkut daya tawar petani melalui kualitas hasil panennya. Dalam konteks ini, Ganjar paham betul bahwa komoditas tembakau ini memiliki grade-grade yang berbeda-beda.
Untuk itulah gubernur Jawa Tengah ini bercita-cita memiliki pusat riset yang secara khusus dapat membantu meningkatkan potensi yang dimiliki petani tembakau. Sederhananya, Ganjar berupaya menghadirkan satu bentuk pemutakhiran yang nantinya dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Keberpihakan Ganjar Pranowo terhadap petani sebagai hulu dari ekosistem industri rokok, berkebalikan betul dengan yang dilakukan gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pimpinan daerah ini justru mengeluarkan satu kebijakan yang kontraproduktif. Sebagaimana kita tahu, Anies mengeluarkan seruan yang berimplikasi pada jatuhnya sektor ekonomi pertembakauan.
Mulai dari larangan penyediaan asbak di semua gedung yang diakses publik, serta penutupan display rokok yang memicu reaksi dari berbagai kalangan. Intinya, Seruan Gubernur yang dikeluarkan Anies justru kontradiktif dengan cita-cita Ganjar mengangkat kesejahteraan petani tembakau.
Secara sederhana, ekonomi masyarakat yang bergantung hidup dari rokok secara alur hulu-hilirnya haruslah terintegrasi. Ketika ada pimpinan daerah yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat di sektor hulu, sementara di sektor hilir, yakni pasar dan konsumen menghadapi gangguan untuk dapat mengakses produk legal secara wajar.
Artinya, sebagai konsumen kita dapat menilai, bahwa watak pimpinan daerah dalam memaknai sektor pertembakauan ini tidaklah sama. Bisa dibilang sulit untuk ditemukan titik harmonis dalam menilai rokok Jika demikian, Ganjar menghadapi satu hambatan politis yang berimplikasi buruk terhadap kelangsungan ekonomi pertembakauan.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024