Marhaban ya Ramadhan. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi sobat kretekus yang menjalaninya. Pada bulan yang penuh berkah ini, sering kali dimanfaatkan oleh kelompok antirokok untuk mengajak berhenti merokok. Kelompok antirokok mengklaim bahwa saat bulan puasa ini lebih mudah untuk behenti merokok. Mereka menganggap berhenti merokok itu susah karena rokok itu membuat kita kecanduan.
Kita sebagai kretekus, pada bulan puasa ini menjadi ajang untuk membuktikan tuduhan antirokok yang menyebutkan bahwa rokok itu adalah candu. Kita buktikan bahwa seharian menahan hasrat untuk merokok juga tidak ada masalah. Kita juga tidak merasakan gejala sakau atau kejang-kejang karena seharian tidak merokok.
Dalam PP 109/102, rokok dimasukan dalam kategori barang yang mengandung zat adiktif. Penjelasanya, kalau tidak merokok, perokok akan merasa galau, gundah dan sebagainya. Namun coba aja tanya perokok yang menjalani ibadah puasa, apakah meraka merasakan hal tersebut karena tidak merokok seharian?
Kalau memang merokok itu bikin kecanduan, harusnya para umat muslim perokok tidak sanggup menjalani puasa ramadan, dong. Namanya aja candu, tidak merokok selama lebih dari 12 jam bakal membuat tersiksa. Namun, hal tersebut tidak dialami oleh perokok yang menjalani ibadah puasa.
Kita bisa menjalankan ibadah puasa tanpa adanya gejala sakau atau pusing-pusing karena tidak merokok. Dengan begitu, harusnya gugur sudah narasi dari kelompok yang menyebutkan bahwa rokok itu adalah candu. Lagian, aneh-aneh aja rokok kok dibilang candu, rindu bertemu dengan doi itu yang candu, eh.
Setelah menjalankan ibadah puasa seharian, momen ketika berbuka puasa para perokok tidak lantas menyulut rokok langsung menghabiskan sebungkus rokok, kan? kita sebagai perokok juga paham batasan-batasan dalam tubuh kita sendiri. Setelah berbuka, tidak langsung menghidupkan rokok. Namun minum terlebih dahulu kemudian makan yang manis-manis, misalnya kurma, gitu. Setelah perut udah nyaman baru deh sebats.
Mereka yang merokok, pada dasarnya merupakan ajang untuk relaksasi dan rekreasi. Dalam situasi tertekan, teman yang paling ngerti keadaan kita ya rokok. Rokok itu merupakan relaksasi pikiran yang paling murah. Kalian para orang kaya mah enak, kalau pengen relaksasi dan rekreasi bisa terbang ke Jerman atau Perancis. Lah kalau orang yang duitnya pas-pasan?
Orang yang keuangannya pas-pasan tidak bisa disalahkan karena memilih merokok untuk menjadi tempat rekresi mereka. Mereka juga sadar diri kok kalau keuangannya pas-pasan, mereka tidak mungkin membeli rokok yang harganya 30 ribu atau lebih. Mereka pasti memilih untuk beli rokok yang murah atau malah tingwe. Banyak rokok legal yang enak dengan harga di bawah 10 ribu rupiah.
Bahkan kalau memang kebutuhan untuk keluarganya, mereka juga bisa menahan untuk tidak merokok untuk mementingkan membeli kebutuhan keluarganya. Jadi jangan disamakan semua yang merokok itu beli rokoknya sama.
Pada saat bulan puasa ini, sebetulnya perokok mendapat keuntungan merokoknya jadi lebih irit, karena hanya dilakukan saat malam hari. Rokok sebungkus yang biasanya bisa habis dalam satu hari, saat bulan puasa ini habisnya bisa 3 hari, bahkan lebih.
Mau diakui ataupun tidak, perokok juga turut bermanfaat bagi negara. Para perokok ini menyumbang pemasukan bagi negara yang jumlahnya tidak main-main. Dari cukainya saja bisa mencapai ratusan triliun. Itu baru cukainya saja, belum dari komoditi lain yang turut membantu dalam industri IHT ini. Misalnya agensi periklanan, petani cengkeh maupun petani rempah-rempah yang lain. Totalnya bisa mencapai dua kali lipatnya atau bahkan lebih. Uang triliunan itu angka yang sangat fantastis.
Dan yang perlu diingat, rokok itu barang yang legal di Indonesia. Kita bisa membeli produk rokok dan mengkonsumsinya ketika usia sudah mencapai 18 tahun. Kepada kalian para antirokok, jangan sok mengatur kami untuk berhenti merokok untuk kepentingan kalian.
- Rumah Sakit Tembakau Deli, Satu-satunya Rumah Sakit yang Pakai Kata Tembakau - 29 December 2023
- Ketakutan Bea Cukai Riau Membongkar Gudang Rokok Ilegal - 20 December 2023
- Industri SKT Tidak Sekadar Tembakau, tapi Mata Rantai Ekonomi - 14 December 2023
Leave a Reply