Press ESC to close

Memangnya Ada yang Buka Puasa Dengan Merokok?

Berpuasa secara umum adalah perkara menahan lapar dan haus. Ketika bulan Ramadan tiba, menahan lapar dan haus hanyalah bagian dasar dari berpuasa. Selain dua hal dasar itu, tak kalah penting juga untuk menundukkan nafsu liyan yang bersifat duniawi.

Termasuk halnya bernafsu dalam memfitnah orang lain, menakar orang lain lebih bodoh dari kita, ataupula karena merasa sedang berpuasa, lantas kita menuntut untuk lebih dihormati, sampai harus menihilkan toleransi. Mau berpuasa ataupun tidak, di mata kemanusiaan kita setara.

Termasuk halnya dalam memandang perokok ataupun bukan perokok. Di mata kemanusiaan setara. Lucunya, masih ada aja pandangan kaku yang melecehkan kecerdasan perokok, misalnya ini; dicuplik dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang memperingatkan bahwa buka puasa dengan merokok berdampak bahaya buat kesehatan. Astaghfirullah. Setingkat kementerian, kok ya memproduksi kata-kata sedangkal itu sih.

Secekak pengelaman saya, dari sekian hidangan buka puasa yang diarah umat saat berbuka, sudah pasti air putih. Barulah setelah itu disusul jenis minuman menyegarkan lainnya, bisa teh manis ataupula jus.

Budaya berbuka dengan mengutamakan air putih sudah berlangsung sejak dulu. Bahkan, pada sebagian besar masyarakat, budaya menghidangkan teh manis hangat sebagai menu berbuka puasa sudah menjadi kelaziman. Kok ya ada orang buka puasa dengan merokok, sekocak-kocaknya perokok gak ada yang sedangkal itu juga, kawan.

Boleh jadi, pada satu kasus tertentu atau kondisi kepepet, pernah ada orang berbuka dengan membakar rokok. Lantaran tidak ada hidangan lain, sekurangnya air mineral atau sebiji kurma, atau kudapan kriuk untuk segera membatalkan puasa.

Baca Juga:  Tembakau di Jember Terdampak Kemarau, Pemerintah Daerah Harus Sigap

Boleh jadi, ketika dalam status musafir (dalam perjalanan) yang dialami perokok. Pada saat bedug magrib tiba, sementara yang dibawa atau yang ada cuma rokok. Sementara, menyegerakan berbuka puasa hukumnya juga wajib. Pilihan untuk mencari atau menunggugu sudah tidak ada lagi, iya rokok menjadi opsi terakhir.

Namun, itu sifatnya kasuistik sekali, tidak bisa digeneralisir semua perokok akan berbuka puasa dengan cara merokok. Sekali lagi, itu biasanya didasarkan sebagai cara untuk segera menggugurkan status puasa, yang secara kaidah hukumnya ya memang wajib disegerakan.

Sebagaimana kita tahu, kampanye kesehatan yang mengandalkan isu rokok selalu akan  mendiskreditkan rokok. Rokok dikait-kaitkan dengan beragam perilaku dan efek negatif ke tubuh dan hal-hal lainnya.

Tak ayal, di bulan Ramadan seperti sekarang, tidak sedikit media mengangkat kampanye antirokok dengan framing kesehatan di bualan puasa. Bahkan, di medsos juga ada beberapa akun yang memainkan kampanye dengan politik bahasa yang absurd; “menjadikan ramadan sebagai momentum berhenti merokok”.

Memangnya urusan berhenti merokok harus menunggu bulan puasa dulu gitu, kenapa disebut ‘momentum’ berhenti merokok harus di bulan puasa, saat perokok berpuasa dan mampu membuktikan bahwa merokok itu bukan sesuatu yang adiktif. Bukan suatu hal yang candu. Artinya, kampanye antirokok kerap saja menampakkan kedunguan yang berulang.

Baca Juga:  Soal Larangan Merokok, Indonesia Harus Belajar dari Australia

Tidak dipungkiri memang, banyak jenis hidangan berbuka yang memiliki faktor risiko bagi kesehatan. Misalnya saja, goreng-gorengan ataupula ragam junk food yang disediakan sekadar mengejar sisi praktis dan prestis tertentu.

Jika pihak kesehatan ataupula antirokok mau lebih serius ingin memperbaiki derajat kesehatan masyarakat, produk hidangan semacam itu mestinya turut menjadi perhatian mereka. Pihak Kementerian Kesehatan seharusnya juga melarang publik, untuk tidak berbuka puasa dengan junk food.

Di banyak negara, yang namanya junk food itu sudah sangat ditentang. Disebut-sebut sebagai pemicu obesitas dan gangguan kesehatan lebih serius lainnya. Entah kenapa, di Indonesia, selevel kementerian kesehatan kok ya malah melarang urusan buka puasa yang dikaitkan dengan rokok. Para perokok di Indonesia tak sebodoh itu sih, biar bagaimanapun ada yang prioritas selain rokok. Yap. Redakan dulu dahaga dengan air mineral. Ya kali langsung ngebul. Ngawur.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *