Press ESC to close

Pria Merokok Lemah di Ranjang?

Perkara rokok dan kesehatan kerap kali dikait-kaitkan untuk mendiskreditkan gaya hidup perokok. Tudingan bahwa kebiasaan pria merokok berakibat pada disfungsi ereksi, jelas ini akan membuka ruang perdebatan yang panjang.

Dalam konteks ini, saya tidak mau terlalu panjang membahas. Karena ya bukan orang yang otoritatif juga. Namun, setidaknya dapat saya tunjukkan beberapa gambaran yang dapat menjawab tudingan tersebut.

Secara prinsip, persoalan kesehatan seseorang tidak sepenuhnya ditentukan oleh apa jenis produk konsumsinya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kenapa seseorang mengalami ganguan kesehatan. Terlebih soal kemampuan ereksi dan keperkasaan.

Perkara disfungsi ereksi maupun impotensi tentu saja disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, selain pula disebabkan oleh gaya hidup. Urusan loyo atau tidaknya seseorang pria di ranjang tidak ditentukan oleh kebiasaan merokok.

Perlu diketahui, berdasar hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of The Academy of Sciences, menyebutkan, perkara disfungsi ereksi ini berkaitan dengan kondisi genetik seseorang. Eric Jorgenson, pemimpin riset ini melakukan pemindaian untuk mengidentifikasi variasi genetika dari suatu penyakit atau sifat.

Menurut Eric Jorgenson, variasi genetika ini mungkin mengubah jumlah protein yang dibuat oleh gen SIM1 yang mempengaruhi kesehatan seksual. Studi riset ini didapat setelah menganalisis kumpulan data 36 ribu lebih pasien di Kaiser Permante, California.

Hasil penelitian terhadap data itu kemudian diperkuat oleh riset lain di Inggris yang mempelajari data dari 222 ribu lebih pria. Artinya, rokok yang disebutkan membawa faktor buruk terhadap kemampuan seksual seseorang tidak sepenuhnya tepat.

Baca Juga:  Rokok Kretek Indonesia Menyebar Di Asia Tenggara

Sebagaimana kita ketahui, isu kesehatan dan rokok selalu saja akan mempertebal keburukan rokok. Sehingga hal ini kerap menimbulkan kontroversi di masyarakat.

Beberapa yang sering disebut-sebut terkait persoalan kanker, diabetes, dan obesitas. Bahkan belakangan perkara stunting pun dikaitkan dengan rokok. Berulang kali, hal senada dikampanyekan oleh kalangan yang getol mendiskreditkan rokok melalui berbagai forum.

Kembali ke soal kemampuan seksual pria merokok, dapat kita ketahui buktinya dari beberapa atlit sepak bola kelas dunia yang merokok. Hobi merokok mereka tidak mempengaruhi stamina mereka saat mencetak prestasi di lapangan.

Sebagian besar dari mereka memiliki keturunan yang normal. Artinya, kemampuan seksual mereka ya normal-normal saja dong. Kita ambil contoh satu pemain bola kawakan dari Italia, Gianluigi Buffon, punya hobi merokok dan dikaruniai dua orang anak.

Pemain sepak bola dunia keturunan batak, yakni Radja Nainggolan. Ia juga punya kebiasaan merokok. Memilliki dua putri yang kece dan sehat. Radja juga dikenal sebagai ayah yang penyayang. Hubungan rumah tangga Radja dan Claudia, nama istrinya, tersiar harmonis saja tuh.

Apakah ini berarti ada kaitannya dengan aktivitas merokok atlit berdarah batak itu? Iya tidak juga. Kehidupan keluarga mereka yang normal dan harmonis bukan juga karena Radja perokok. Rokok bukan menjadi penyebab tunggal atas kehidupan normal mereka.

Begitupula halnya dengan tudingan rokok penyebab gangguan seksual, tidak sepenuhnya tepat. Ada variabel lain yang perlu ditilik lebih lanjut. Setidaknya dapat ditengarai dari faktor internal serta eksternal seseorang.

Baca Juga:  Beban Berat Petani Tembakau di Kala Ramadan

Kalau mau contoh lainnya, lihat saja kehidupan Vincent dan Desta, walaupun keduanya dikenal konyol saat menjalankan profesinya sebagai entertainer. Toh masing-masing, dikenal sebagai bapak yang mampu menjaga keharmonisan keluarga, dari sisi itusaja  bisa kita tengarai juga keharmonisan dengan istrinya.

Lihat saja saat kemarin heboh acara Tepok Bulu, anak dan istri Vincent menemani proses pertandingan seru-seruan itu. Itu bukti bahwa urusan merokok dan aktivitas seksual tidak serta merta berkaitan.

Kalau rokok dituding menyebabkan impotensi atau berakibat pada gangguan seksual, pastinya Vincent maupun Desta tidak bakal dikaruniai anak. Pastinya pula, istrinya tidak bakal sebahagia itu saat menemani kegiatan Tepok Bulu kemarin. Itu contoh gampangnya.

Jadi, persoalan pria merokok dapat menyebabkan lemahnya kemampuan seksual, jelas tidak sepenuhnya benar. Banyak bukti lain yang bisa kita angkat untuk menunjukkan betapa kelirunya tudingan tersebut.

Sekali lagi, menyangkut kemampuan seksual seseorang tidak ada hubungannya dengan rokok. Kalau dia mampu menjaga pola hidup seimbang, Pola makan dan displin istrahat yang teratur, ditambah dengan olahraga yang juga terjaga. Niscaya sih, mau itu perokok ataupun bukan perokok, ya akan so far so well tuh

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *