Perokok lemah dalam hal aktivitas seksual adalah satu isu lama dalam kampanye kesehatan. Seperti halnya tudingan merokok dapat membuat pendek umur seseorang. Kampanye yang mem-framing rokok maupun perokok memang sudah bukan hal baru lagi di media.
Stigma buruk semacam ini berangkat dari sesat pikir narasi kesehatan yang bertujuan mendiskreditkan rokok. Sehingga publik kemudian akan dibayang-bayangi ketakutan dalam menilai produk legal tersebut.
Di dalam berita tentang kesehatan, selain kemampuan perokok dalam hal seksual, sperma perokok juga dijelaskan menjadi tidak lagi berkualitas oleh sebab kandungan yang terdapat pada rokok. Sebagaimana kita ketahui, pada sebatang rokok terdapat tembakau dan cengkeh serta komposisi yang sudah lolos uji BPOM.
Produk yang sudah lolos uji pengawasan standar tersebut, tentu saja produk yang sudah memenuhi kelayakan yang ditetapkan. Celakanya, antirokok dalam upaya membuat orang-orang berhenti merokok selalu saja mengandalkan narasi kesehatan yang tidak ditunjang fakta objektif.
Di dalam berbagai kesempatan yang mengulas tema tentang rokok, produk ini memang tak pernah habis menimbulkan kontroversi di masyarakat. Perkara ini dilatari oleh adanya kepentingan gerakan antitembakau global yang beroperasi dalam upaya menghegemoni publik dunia.
Jika kita tilik lebih lanjut, banyak pria merokok yang memiliki kehidupan rumah tangga yang baik-baik saja dan harmonis. Itu dapat kita jadikan indikator paling dekat yang mudah kita akses. Kalau memang benar, rokok itu bikin lemah syahwat atau pengisapnya jadi lemah dalam aktivitas seksual, pastinya akan berdampak pada keharmonisan hubungan mereka.
Dulu, produk berbahan baku tembakau ini juga dituding dapat menyebabkan impotensi. Sekira pada tahun-tahun sebelum tahun 2000-an, tercantum peringatan kesehatan yang menyebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan impotensi dan gangguan kehamilan.
Kampanye kesehatan semacam ini sejatinya sudah muncul sejak era Nazi bercokol. Sebagaimana kita tahu, Adolf Hitler sebagai pimpinan Nazi Jerman sangat membenci rokok. Dia adalah orang yang mempelopori gerakan anti tembakau pada masa itu.
Nazi adalah salah satu kelompok modern pertama yang menggerakkan kampanye antitembakau. Watak fasis dari Nazi inilah, yang mungkin kemudian menginspirasi berbagai kelompok lainnya untuk bergerak sebagaimana kelompok antitembakau pertama ini.
Agar kepentingan mereka terpenuhi, mereka dengan gigih melakukan apa saja. Walau dengan cara-cara yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Manipulasi misalnya, adalah hal yang juga biasa dilakukan kelompok tersebut.
Sebagai contoh, isu soal filter rokok mengandung darah babi di Indonesia telah dibantah oleh Majelis Ulama Indonesia. Tapi setiap tahunnya kelompok ini tetap saja mengatakan filter rokok di Indonesia mengandung darah babi. Isu tentang ini masih saja direpetisi oleh kalangan antitembakau di Indonesia, mengingat mayoritas muslim di Indonesia adalah golongan yang peduli dalam memaknai keislamannya.
Secara prinsip, persoalan kesehatan seseorang tidak sepenuhnya ditentukan oleh apa jenis produk konsumsinya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kenapa seseorang mengalami ganguan kesehatan. Terlebih soal keperkasaan di atas ranjang.
Perkara lemahnya seorang pria dalam hal ereksi serta impotensi, sebagian umum disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, internal di sini maksudnya adalah faktor genetik.
Iya, faktor gaya hidup dapat dijadikan indikator penyebab menurunnya keperkasaan. Misalnya, kurang bugar lantaran tidak pernah berolahraga atau tidak mengonsumsi makanan bergizi. Tidak sepenuhnya karena aktivitas merokoknya lantas semua hal dikaitkan ke rokok.
Kembali ke soal kemampuan seksual pria merokok, dapat kita ketahui buktinya dari beberapa atlit sepak bola kelas dunia yang merokok. Hobi merokok mereka tidak mempengaruhi stamina mereka saat mencetak prestasi di lapangan.
Pemain sepak bola dunia keturunan batak, yakni Radja Nainggolan. Ia juga punya kebiasaan merokok. Memilliki dua putri yang kece dan sehat. Radja juga dikenal sebagai pribadi yang penyayang. Sayang anak dan istri. Gambaran dari atlit yang jelas-jelas menuntut stamina tinggi dalam menjalankan profesinya, tetap mampu berprestasi.
Terlepas dari kebiasaannya merokok. Biar bagaimanapun rokok tidak dapat dijadikan penyebab tunggal atas gangguan kesehatan seseorang. Apalagi halnya dalam kehidupan seksual, rokok bukan faktor utama dari vitalitas seorang.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024
Leave a Reply