Press ESC to close

Iklan Rokok Penyebab Siaran Bola Malam Hari?

Iklan rokok dituding sebagai penyebab jadwal siaran bola di malam hari atas tragedi kelam Kanjuruhan. Tudingan ini jelas mengada-ada. Mengingat jadwal siaran pertandingan  Arema FC vs Persebaya Surabaya berlangsung pada pukul 20.00 WIB. Jam iklan yang diatur regulasi yakni di atas jam 10 malam.

Dari sisi itu saja sudah jelas logika Rhenald Kasali sebagai anggota TGIPF (Tim Gabungan Independent Pencari Fakta) nyungsep di lumpur kebodohan. Tudingan yang disampaikan pebisnis yang memiliki gelar Ph.D alias doktor filsafat ini terasa ngawurnya.

Bukan apa-apa, pasca terjadinya tragedi sepak bola di Kanjuruhan yang memakan korban suporter ratusan jiwa kemarin, para pihak yang seharusnya bertanggung jawab justru lebih banyak sembunyi. Kalau tidak mau disebut lepas tangan. Tudingan Kasali telah ditepis langsung oleh pihak pemegang hak siar pertandingan, bahwa acara liga 1 tak pernah gandeng sponsor rokok.

Dari mata publik luas, jelas-jelas pada targedi itu yang sangat disoroti pihak kepolisian lantaran menggunakan gas airmata sebagai upaya membubarkan suporter. Alasan tindakan itu dilakukan polisi atas reaksi massa yang masuk ke dalam lapangan terkait hasil akhir pertandingan.

Masyarakat luas dapat menilai dengan jelas bahwa tindakan kepolisian dalam mengatasi keamanan di Stadion Kanjuruhan kelewat parah. Selain itu, ada juga yang menyebut soal ketidaklayakan stadion secara fisik, diasumsikan karena adanya tegakan besi setinggi 5Cm pada pintu keluar yang menjadi jalur menyelamatkan diri para suporter saat terkena gas airmata.

Ada pula yang menyebutkan faktornya terkait proses perizinan, yang semula diharapkan main di sore hari, ini malah bersikukuh digelar pada malam hari. Atas asumsi inilah, Rhenald Kasali berspekulasi atas temuannya, bahwa tragedi kelam itu seakan disebabkan ada kaitannya dengan kepentingan sponsor.

Hal itu didukung berdasar keterangan pihak kepolisian terkait kronologis perizinan. Bahwa Saat itu, pihak panitia pelaksana pertandingan Arema FC mengirimkan surat ke Polres Malang terkait permohonan rekomendasi pertandingan Arema FC vs Persebaya yang akan digelar pada Sabtu (1/10/2022) pukul 20.00 WIB.

Baca Juga:  Lagi, Razia Display Rokok Dilakukan Di Depok

Kemudian, Polres Malang menanggapi surat dari panitia pelaksana dengan berkirim surat secara resmi untuk mengubah jadwal pertandingan menjadi pukul 15.30 WIB dengan pertimbangan faktor keamanan.

Namun, dari keterangan yang disampaikan Sekjen PSSI, sebagai alasan kenapa jadwal tetap bisa berlangsung di malam hari, karena PT LIB, Panpel, dan pihak kepolisian telah menyepakati beberapa syarat. Salah satunya untuk tidak menghadirkan suporter lawan atau tamu ke stadion. Atas dasar itulah, para pihak berkomitmen tidak akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan.

Konyolnya lagi, jika kita perhatikan dari beragam alasan dan keterangan para pihak yang bertanggung jawab, salah satunya pihak kepolisian. Terkait adanya temuan sejumlah botol obat untuk hewan ternak di stadion yang digadang-gadang sebagai minuman keras. Upaya melempar kesalahan itu terasa betul nuansanya.

Temuan ini oleh aparat dapat diklaim sebagai bukti, bahwa perilaku suporter dipengaruhi oleh cairan dalam botol-botol tersebut. Bah. Intrik yang basi banget. Seperti halnya stigma terhadap rokok. Rokok kerap kali dikaitkan dengan perilaku kriminal, gangguan jiwa, dan sebagainya yang serba negatif.

Sebagai perokok, saya sendiri sering dibuat kesal oleh stigma yang dialamatkan ke perokok, tudingan bernada nyinyir yang dari sisi temuan botol obatitu sebangun dengan logika kepolisian dalam meniliai suporter bola. Brengsek banget logika aparat semacam itu.

Sama brengseknya dengan anggota TGIPF yang menuding promosi rokok sebagai pihak yang bertanggung jawab atas jadwal pertandingan di malam hari. Seolah-olah, segala cap negatif tentang rokok termasuk iklannya adalah biang kerok kesalahan. Termasuk yang terjadi di Kanjuruhan. Lagi-lagi ini mengarah pada klaim sepihak yang bertolak dari sesat logika khas antirokok.

Publik sejak targedi itu terjadi sudah mengecam keras pihak kepolisian, barangkali lebih tepatnya mengutuk tindakan aparat yang teramat biadab memperlakukan masyarakat suporter. Dari kaca pandang pribadi, tindakan itu nyaris seperti sebuah upaya genosida terhadap golongan tertentu yang dianggap meresahkan.

Baca Juga:  Mendesakkan Kepentingan FCTC Melalui Stigma Negatif Terhadap Produk Berbasis Nikotin

Tudingan Kasali sama biadabnya dengan cara kerja kepolisian dalam membangun argumen pembelaan. Sama brengseknya dengan pihak PSSI yang selalu lari dari tanggung jawab atas persoalan sepak bola di Indonesia. Ini jelas menimbulkan berbagai reaksi publik yang sudah dalam keadaan berduka ditambah alasan para pihak yang justru menambah kekecewaan publik.

Sekalipun banyak alasan dan keterangan yang beredar di medsos maupun di pemberitaan yang disampaikan para pihak. Pada akhirnya, Polri telah menetapkan enam orang tersangka atas tragedi memilukan itu.

Di antaranya Ketua Panpel Arema FC berinisial AH, Direktur PT. LIB berinisial Ir AHL, Security officer berinisial SS, Kabagops Polres Malang berinisial WSS, Brimob Polda Jatim berinisial H dan Kasat Sammapta Polres Malang berinisial BSA.

Semestinya, dalam kondisi yang tengah berduka atas tragedi Kanjuruhan, seorang berpendidikan seperti Renhald Kasali janganlah sembarang menuding, berspekulasi atas dasar jadwal yang sebetulnya sudah ditetapkan pihak LIB sejak setahun lalu berdasar keterangan yang ada.

Tudingan Kasali terhadap promosi rokok selain menyesatkan, juga akan mencederai akal sehat banyak pihak. Apakah sekelas doktor filsafat memang harus ngawur begitu logikanya, agar semakin diakui kedoktorannya. Atau ya memang benar seperti penilaian publik, bahwa tragedi Kanjuruhan akan terus ditutup-tutupi dengan berbagai cara dan alasan agar tidak semua tertuju pada satu pihak utama, yakni kepolisian.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *