Sebagai perokok kita tentu sadar bahwa keadaan seringnya tak menguntungkan kita. Sejak dulu kita terbiasa mendengar himbauan-himbauan miring terkait rokok. Narasinya sekarang tidak cuma soal urusan kesehatan, malah dikaitkan juga dengan kemiskinan. Iya pemerintah dan sebagian besar kalangan memang gemar menjadikan rokok sebagai sesuatu yang membuat masyarakat miskin.
Ketidakmampuan mereka mensejahterakan rakyat seolah bisa ditutupi dengan alasan-alasan itu. Hal ini jelas keliru, karena permasalahan utamanya adalah lapangan kerja yang minim serta budaya KKN yang masih marak.
Padahal industri rokok menyumbang terciptanya lapangan pekerjaan. Selain itu, membeli produknya juga turut berkontribusi terhadap pembangunan negara. 2 hal itu jelas fakta dan mau ngga mau ya harus diakui. Manfaat rokok bagi masyarakat Indonesia seperti ini jelas sering dilupakan dan luput dari pemberitaan.
Bukannya mengapresiasi Industri rokok, pemerintah ini malah menjadi-jadi dengan bilang bahwa biang keladi kemiskinan adalah rokok. Kasian orang miskin yang merokok, ibarat pepatah mereka ini sudah jatuh tertimpa tangga.
Harusnya anggapan bahwa rokok membuat miskin ini dihilangkan saja. Lagipula apa salahnya sih kalo orang miskin merokok? Jika memang rokok menambah mood dalam bekerja dan bisa membuat suasana lebih adem apa salahnya? Toh rokok adalah barang legal dan bisa dikonsumsi setelah berusia 18 tahun.
Selain itu orang miskin yang merokok juga tidak lantas membeli yang premium. Ya kali mereka membeli rokok yang harganya 30rb perbungkus. Mereka pasti membeli rokok yang harganya 10rb. Atau kalau sudah mentok banget ya pilihannya tingwe.
Jangankan yang miskin, orang-orang yang ekonomi menengah saja banyak yang beralih ke rokok yang lebih ekonomis. Sederhananya, untuk urusan rokok, orang miskin juga melakukan penyesuaian baik dari segi harga atau perilaku konsumsinya.
Jangan asal pukul rata mereka beli rokok yang harganya mahal. Bahkan mereka juga mengutamakan kebutuhan keluarganya, kok. Rokok bukan candu, mereka bisa menahan untuk tidak merokok dan mengedepankan kebutuhan prioritas.
Bagi mereka rokok-an itu ya pada dasarnya jadi rekreasi paling terjangkau. Dalam situasi yang tidak enak, merokok jadi salah satu hal yang bisa menenangkan. Bahkan bisa jadi teman yang mengerti kita. Jadi jangan salahkan mereka yang keuangannya pas-pasan memilih rokok untuk jadi tempat tempat rekreasi mereka.
Apalagi saat bulan puasa seperti ini, perokok jadi malah untung karena merokoknya hanya di malam hari. Sebungkus yang biasanya satu hari, bisa sampai 3 hari atau bahkan lebih. Belum kalau mereka melinting, bisa sampai 2 minggu kali baru habis.
Jadi masih mau bilang kalo rokok bikin miskin? Kalau memang masih mau kekeh soal anggapan itu, terus kenapa masih banyak orang miskin padahal mereka tidak merokok?
- Panduan Menanam Tembakau untuk Pemula - 23 July 2023
- Benarkah Candu Rokok Menjerat Anak Kecil? - 21 June 2023
- Berapa Harga Rokok Cigarillos? - 12 June 2023
Leave a Reply