Bicara mengenai bagaimana menghargai orang lain, ada baiknya manusia-manusia sekarang belajar kepada para perokok. Mengapa saya bilang perokok?, karena perokok itu manusia paling sabar.
Sabar dicemooh orang yang tidak menyukai rokok, sabar ketika perokok dituduh orang yang nakal atau tidak sehat, sabar ketika pemerintah terus menekan rokok, dan sabar-sabar yang lain ketika perokok dihadapkan oleh suatu masalah. Bentuk menghargainya ya ketika para penyebat dihadapkan oleh semua itu, tapi penyebat tetap setia membeli rokok agar roda ekonomi tetap berjalan, demi para petani, demi pemerintah, demi negara, pun demi kewarasan diri sendiri.
Mana ada manusia selain perokok yang meskipun sudah dikhianati tapi masih setia ikut menghidupi demi banyak umat tersebut.
Sifat yang paling saya sukai dengan orang-orang yang merokok adalah terutama ketika di tongkrongan atau di sebuah forum diskusi. Ketika rokok dinyalakan, tidak peduli kamu orang kaya, miskin, laki-laki, perempuan, kamu bersekolah atau tidak, tidak peduli ras dan agama, rokok bisa meleburkan semua itu.
Boleh kita lihat pada forum-forum masyarakat desa. Ada rapat pemuda, tahlilan, ronda, dll, yang kebanyakan melalui forum tersebut, kretekus bisa lebih luwes untuk berpendapat, lebih leluasa ngobrol. Hal berharga yang sulit ditemui di tempat lain. Dengan cara-cara tersebut, kretekus bisa lebih menghargai orang lain. Perokok bisa berpendapat sekaligus menjadi pendengar yang baik.
Aktivitas merokok itu relaksasi paling ampuh bagi masyarakat untuk melonggarkan ketegangan-ketegangan antar nyawa, ketegangan di diri sendiri, ketegangan pada lingkungan sekitar. Dari ketegangan yang melanggar tersebut, muncullah sifat sabar yang berakibat pada sikap saling menghargai.
Semakin rokok itu disulut, semakin dalam orang mendengar, semakin ramah orang berbicara, semakin cerdas orang berpendapat. Semakin banyak sikap baik yang tercipta, semakin mudah juga bisa menghargai orang lain, begitulah perokok.
Perokok juga sering digambarkan lebih bisa mengalah dan menghargai kepada mereka yang tidak merokok dengan berbagi ruang di tempat umum. Kretekus lebih memilih mengalah untuk menjauh dari kerumunan agar tetap bisa merokok tanpa mengganggu kenyamanan orang lain. Walaupun hal ini kebanyakan disebabkan oleh pemerintah sendiri yang tidak bisa menciptakan ruang nyaman bagi para orang merokok, tapi kretekus tetap memilih untuk mengalah
Akan lebih bagus lagi jika pemerintah di atas sana bisa menghargai rakyatnya yang perokok dengan tidak menaikkan cukai secara besar-besaran, memberikan ruang yang nyaman bagi kretekus, atau setidaknya berpihak sedikit saja kepada orang yang merokok. Bagaimanapun, saya juga sebagai perokok akan terus membuat pembelaan bahwa perokok adalah rakyat yang andil besar dalam memperkaya negara, mbokyao sedikit saja menghargai dan berbaik hati pada kita :).
Dalam buku NGUDUD ‘cara orang jawa menikmati hidup’ disebutkan, merokok bagi orang jawa adalah upaya menghibur diri, membahagiakan hati, mengendorkan ketegangan hidup, yang telah menjadi adat tradisi orang jawa selama ini. Merokok adalah bentuk menikmati kehidupan dan sarana menghargai setiap takdir yang sudah digariskan.
- Tidak Ada Hubungan antara Rokok dengan Penuaan - 24 September 2023
- 3 Rekomendasi Rokok untuk Sopir Truk, Biar Lebih Kuat Mengarungi Indonesia - 20 September 2023
- Apa Saja Rokok Jepang yang beredar di Indonesia? - 19 September 2023
Daftar Harga Rokok 2023 di Indomaret bulan Februari
Djarum 76 Mangga: Cita Rasa untuk yang Berjiwa Muda
Rekomendasi Rokok Low Tar Low Nicotine Tahun 2023, Cocok Untuk Pemula!
Wajib Coba! 5 Rokok Murah Enak di Tahun 2023
Hukum Fikih Rokok dan Merokok
Memahami Isarat-Isarat Mereka yang Non-Perokok
Jangan Ngomong Negatif Soal Kretek Kalau Tidak Tahu Siapa yang Berkepentingan
Menghargai Non-Perokok di Ruang Sempit