Baru-baru ini, isu rokok sebagai penyebab stunting pada anak kembali menjadi perbincangan hangat di dunia kesehatan. Rokok menjadi barang yang paling dipertimbangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk dijadikan ujung tombak penyebab stunting.
Sebenarnya, isu rokok sebagai penyebab stunting memang sudah ada sejak dulu. Di literatur kesehatan manapun di internet, ‘rokok’ menjadi 5 faktor teratas penyebab stunting. Namun, apakah rokok benar-benar menyebabkan stunting?
Riset PPKE UB
Menanggapi isu tersebut, Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (PPKE UB) melakukan riset mengenai stunting dan rokok. Riset ini menggunakan basis data primer dengan melakukan survey langsung ke lapangan pada 1600 responden yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTT.
Hasilnya, PPKE UB menyatakan bahwa rokok bukan faktor utama penyebab stunting. Tidak ada korelasi antara orang tua merokok baik ayah maupun ibu terhadap balita stunting di Indonesia.
Riset ini juga diperkuat dengan kajian lanjut menggunakan analisis akademik metode random forest. Metode ini digunakan untuk mencari faktor dari berbagai variabel yang berkaitan dengan penyebab stunting. Hasilnya, kontribusi rokok terhadap stunting hanya sebesar 0,7%, angka ini sangat kecil. Dan rokok di sini tidak bisa dibilang sebagai faktor dominan penyebab stunting.
Dalam analisis random forest ini, PPKE UB mendapati hasil 3 faktor penyebab utama balita stunting, yakni pendapatan atau faktor ekonomi, pendidikan, dan kualitas gizi makanan.
Selain analisis random forest, PPKE UB juga melakukan riset ini menggunakan analisis lain sebagai penguat, yakni analisis Structural Equation Modelling (SEM). Dari analisis ini didapati hasil tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antara stunting dengan merokok. Yang artinya, orang tua merokok tidak memiliki korelasi baik secara langsung atau tidak langsung terhadap balita stunting di Indonesia.
Selain analisis SEM dan Random Forest yang telah dilakukan PPKE UB beberapa waktu yang lalu, di tahun 2020 PPKE UB juga telah melakukan riset stunting menggunakan metode Regresi Logistic atau Multivariate. Dari hasil analisis menggunakan metode ini, ternyata faktor dominan penyebab stunting di Indonesia tidak ada hubungannya dengan merokok.
Dalam metode Regresi Logistik ini, faktor dominan penyebab stunting pada balita adalah pendapatan keluarga, kualitas gizi pangan, dan pendidikan ibu.
Hasil Riset PPKE UB bahwa Rokok Bukan Penyebab Stunting
Dari ketiga analisis di atas, rokok sama sekali tidak ada hubungannya dengan stunting. Meskipun faktor ekonomi menjadi faktor dominan penyebab stunting, namun stunting pada balita di Indonesia tak hanya terjadi di kalangan keluarga menengah ke bawah, namun juga keluarga menengah ke atas.
Kejadian stunting dalam keluarga menengah ke atas biasanya terjadi akibat kualitas gizi pangan yang tidak memadai. Hal ini juga faktor dari orang tua yang tidak bisa memahami kebutuhan gizi pada anak. Terkait hal tersebut, edukasi dan peran orang tua terutama ibu dalam pemberian gizi terhadap anak sangat penting untuk dilakukan.
Di akhir, PPKE UB juga menyarankan jika memang ingin menurunkan stunting adalah dengan menurunkan angka kemiskinan atau dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Dalam hal ini, peran pemerintah sangat penting dan dibutuhkan.
- 4 Oleh-oleh Rokok yang Cocok dari Kretekus untuk Teman Kerja - 14 April 2024
- 4 Rekomendasi Rokok yang Cocok untuk Sajian Lebaran - 13 April 2024
- 4 Waktu yang Tepat Menikmati Rokok saat Idul Fitri - 10 April 2024
Leave a Reply