Press ESC to close

Menjadi Perokok Santun di Rumah Sendiri

Sejak sebelum menikah, saya tergolong jarang merokok di rumah. Jika pun merokok, saya selalu merokok di teras atau sekalian di luar rumah. Karena tidak memiliki kamar pribadi, tentu saya tidak pernah merokok di kamar, apalagi kamar mandi. Dengan cara seperti itulah saya menjalani hidup sebagai perokok santun dimulai dari rumah sendiri.

Tidak, saya bukan takut terlihat merokok di depan ibu saya. Mamah, begitu saya memangilnya, tahu saya merokok. Bahkan sejak lama Ia telah tahu. Dan saya kira, setelah bisa hidup dari hasil keringat sendiri, Ia tak pernah lagi mempermasalahkan soal saya merokok atau tidak. 

Tidak merokok di rumah adalah pilihan saya karena memang tak ada orang lain yang merokok di rumah. Ayah saya, tidak merokok. Adik-adik saya pun begitu. Karena mereka semua tidak merokok, maka saya berusaha untuk tidak merokok di rumah. Berusaha untuk tidak mengganggu mereka dengan asap rokok.

Hak Orang Lain, Perokok Santun, dan Asap Rokok

Mau diakui atau tidak, asap rokok itu mengganggu. Terutama buat mereka yang tidak merokok. Sama seperti bawang goreng bagi mereka yang tidak suka, seperti saya misalnya, baunya tentu saja sangat mengganggu. Karena itulah, mamah tidak pernah memasak makanan dengan taburan bawang goreng (ternyata, setelah saya menikah dan tidak tinggal di rumah, mamah masak menggunakan bawang goreng). Ini soal saling menghargai, soal saling memahami.  

Baca Juga:  Wong Feihung, Kretek dan Kebudayaan Lokal

Sebagai seorang yang memegang prinsip soal Merdeka 100%, saya tentu harus bisa menghargai hak orang lain sebelum kemudian berupaya memperjuangkan hak sendiri. Sebagai perokok, tentu saya ingin bisa merokok ketika membutuhkan. Namun, kesadaran agar saya tidak mengganggu kenyamanan orang di rumah, membuat saya sadar ruang dan memutuskan untuk merokok di tempat yang semestinya. 

Setelah menikah, istri membolehkan saya merokok selama itu dilakukan di teras rumah. Meski memiliki ruang kerja sendiri, saya bukan tipikal orang yang bisa fokus bekerja ketika melakukan aktivitas lain, termasuk merokok. Karenanya, saya tetap berusaha menjadi perokok santun dengan mematuhi kesepakatan dengan istri. Bahkan tanpa kesepakatan pun, saya dengan sadar akan melakukan hal yang sama. 

Ketika anak saya lahir, mungkin saya hampir tidak pernah merokok di rumah. Kecuali jika ada tamu datang ke rumah, saya kadang menemani mereka merokok di teras. Saya jelas paham, saya tak mau mengganggu anak saya dengan asap rokok, sebagaimana saya juga tidak pernah mau mengganggu orang lain dengan merokok di dekat mereka. 

Mungkin, kini saya tinggal di rumah yang saya beli sendiri. Tentu saja saya bisa sesuka hati merokok tanpa perlu dimarahi orang lain, toh di rumah sendiri. Hanya saja, kesadaran sebagai perokok santun justru memuat saya tetap menghargai hak anak dan istri, juga mereka yang tidak merokok. 

Baca Juga:  Walau Ekspor Membaik, Harga Cengkeh Malah Jatuh

Laku Hidup Perokok Santun di Rumah

Menjadi perokok santun itu bukanlah sesuatu yang hanya ditampakkan di luar, tapi itu adalah laku hidup yang kita jalani sehari-hari. Selayaknya orang salih yang berlaku alim dalam setiap perbuatannya, perokok santun pun tidak pernah pandang bulu dalam menjalani kesantunannya dalam urusan merokok. 

Tentu saja, menjalani laku hidup seorang perokok santun perlu dimulai dari rumah sendiri. Jika pada lingkungan terdekat saja kita abai, apalagi terhadap orang yang sama sekali tidak dikenal. Dan jika perilaku abai itu terus dilakukan, percayalah hanya akan ada durja di dalam hidup yang fana ini. 

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *