Press ESC to close

Buat Antirokok, Jangan Asal Nyeplos Mengatakan bahwa Petani Tembakau Mudah Berganti Komoditas Lain

Antirokok terkadang suka asal saat menyampaikan pendapat, seperti menyuruh petani tembakau beralih tanam.

Bagi orang yang benci dan anti terhadap rokok, barang ini harus lenyap dari muka bumi. Lalu, bagaimana nasib para petani tembakau dan cengkeh ketika rokok benar-benar raib? Bagaimana nasib jutaan buruh yang telah menggantungkan hidupnya di Industri Hasil Tembakau? Juga masih banyak lagi nasib orang yang ikut kecipratan dari adanya Industri Hasil Tembakau.

Bukannya menerima dengan lapang dada dan membuka pikirannya, antirokok masih membalas, “kan masih bisa ganti komoditas lain.” “Kan masih banyak pekerjaan lain selain menjadi buruh di Industri Hasil Tembakau.” Astagfirullah. Tidak semua seperti itu, sobat. Untuk persoalan buruh nanti dulu. Saya akan membicarakan bagaimana petani yang menanam komoditas untuk Industri Hasil Tembakau sulit atau bahkan tidak bisa berganti komoditas lain.

Temanggung, Negeri Tembakau

Saya orang Temanggung. Kota ini dijuluki sebagai Negeri Tembakau. Karena nyaris sebagian besar masyarakatnya menanam tembakau. Menggantungkan hidupnya pada tanaman hijau ciptaan Tuhan ini. Sehingga dulu tembakau di Temanggung pernah mengalami kejayaan.

Bahkan hingga kini masyarakat Temanggung seolah berhutang budi dengan tembakau. Seolah tembakau sudah mendarah daging. Apakah sekarang tembakau masih jaya di Temanggung itu lain soal. Intinya tembakau hingga saat ini masih menjadi komoditas unggulan di wilayah Temanggung.

Lalu apakah mereka bisa berganti komoditas lain selain tembakau? Jawabannya sangat bisa. Karena tembakau adalah tanaman musiman. Jadi sebelum atau sesudah tembakau bisa ditanami tanaman lain. 

Baca Juga:  Tembakau Menjadi Andalan Petani Demak

Berbeda kasus ketika musim kemarau, ada pengecualian disini. Hanya mereka yang bermukim di Temanggung bagian bawah, alias yang kebanyakan lahan adalah sawah yang bisa berganti komoditas lain. Seperti di Kedu misalnya, banyak di antara orang-orang yang bisa berganti komoditas lain selain tembakau, menanam cabai misalnya. Namun itu tidak berlaku untuk masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro. 

Berkunjung ke Sindoro dan Sumbing

Saya pernah beberapa kali berkunjung dan ngobrol dengan petani di kawasan itu, dari mulai petani di Lamuk Legok hingga di Wunut, Wonotirto. Mereka mengatakan bahwa di daerah situ masyarakat tidak bisa berganti komoditas lain di saat musim kemarau kecuali tembakau. Benar-benar tidak bisa. Pokoknya harus tembakau. 

Karena di area itu perairan hanya mengandalkan air hujan. Tidak ada irigasi layaknya di sawah-sawah untuk mengairi lahan mereka. Sehingga tanaman tembakau lah yang mampu bertahan di tanah yang kering itu. Sebenarnya pernah mereka mencoba berganti komoditas lain seperti alpukat dan cabai tapi hasilnya memprihatinkan.

Dan perlu kalian tahu di daerah Temanggung bagian lereng Sumbing dan Sindoro itu bukan hanya satu atau dua Kepala Keluarga saja, tapi ada ratusan KK di setiap desanya, dan ada belasan hingga puluhan desa. Jujur sebagai orang Temanggung saya sakit hati ketika ada statement yang mengatakan untuk petani tembakau berganti komoditas.

Itu baru tembakau lho. Berbeda kasus ketika kita membicarakan cengkeh. Walau terkadang cengkeh kerap dilupakan tapi jangan salah bahwa rempah merupakan salah satu bagian wajib untuk komposisi rokok kretek. Petaninya ada jutaan. Mereka hidup dari tanaman ini.

Baca Juga:  Menilik Kepentingan dari Sertifikasi Bibit Tembakau

Nah berbeda tembakau berbeda pula cengkeh. Di mana untuk bisa membuat cengkeh “belajar berbunga” petani menunggu waktu 4 sampai 6 tahun. Masa paling produktif tanaman ini di atas 15 tahun.

Jadi bisa terbayang bukan berapa investasi waktu dan tenaga yang diberikan petani cengkeh. Lantas apakah tanaman itu akan diganti pohon ketela misalnya. Jangan ngawur lah. Jangan ngasal untuk berargumen bahwa petani perlu ganti komoditas lain.

Antirokok dan Petani Tembakau

Buat kalian yang mengatakan para petani untuk berganti komoditas lain ini, disadari atau tidak, seolah menyepelekan suatu profesi. Menganggap bahwa profesi petani tembakau atau petani cengkeh adalah pekerjaan yang tidak layak. Pekerjaan yang nista. Petani adalah orang yang bodoh. Padahal dari petanilah kita semua bisa hidup. Jadi tolong jangan asal mengatakan petani untuk ganti komoditas lain. 

Tapi mungkin kalian yang ngawur mengatakan agar petani ganti komoditas tidak tahu seluk beluk dunia pertanian. Kalau begitu ya mbok belajar. Jangan asal nyeplos saja. Dan tolong hormati profesi petani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *