Press ESC to close

Budaya Suku Mentawai yang Memiliki Kedekatan dengan Rokok

Baru-baru ini ramai beredar vokalis Red Hot Chili Peppers, Anthony Kiedis sedang berlibur di Mentawai. Ia menampilkan pose sedang merokok bersama warga lokal disertai korek yang paling sering digunakan oleh para perokok: Tokai.

Mentawai memang terkenal dengan keunikan budaya yang masih terjaga. Tapi tahukah kalian bahwa di Mentawai khususnya di Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai masyarakat sekitar memaknai rokok secara lebih dalam. Tidak sebatas produk yang hanya dihisap saja.

Ube dan Kepulauan Mentawai

FYI, mereka menyebut rokok atau tembakau sebagai ube’. Dalam jurnal antropologi (2021) Universitas Tanjungpura yang berjudul “Anai Ube’ Ta: Makna Tembakau Pada Kehidupan Masyarakat di Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai” yang ditulis oleh Ade Irwandi, menyebutkan bahwa Ube’ ini digunakan masyarakat sekitar untuk ritual (punen), berburu, ajang berkumpul (silaturahmi), dan berinteraksi bersama orang luar (sasareu).

Dalam ajang ritual yang dipimpin oleh sikerei, ube’ digunakan sebagai barang yang menjadi perantara (gaud) untuk pemujaan, syarat permohonan izin, bentuk rasa terima kasih, serta sebagai pemberian hadiah. Pun ketika upacara sikerei untuk memanggil roh nenek moyang (roh penguasa), ube’ dipersembahkan dalam upacara dan selain itu dirokok bersama-sama.

Baca Juga:  Rokok Ilegal Bernilai Milyaran Rupiah Dimusnahkan, Benarkah?

Ube’ juga menjadi bagian dari persyaratan serta permohonan izin kepada penguasa hutan (taikaleleu) ketika mau memasuki hutan untuk berburu ataupun membuka lahan baru. Bahkan dalam menjalin hubungan sesama manusia dan menciptakan suasana keakraban, kebersamaan dan mempererat hubungan antar suku (uma), ube’ juga dipakai masyarakat Mentawai. Ada istilah yang berarti ganda, yakni “anai ube’ ta” yakni bisa dimaknai sebagai meminta dan menawarkan ube’ kepada seseorang.

Tak ayal aktivitas merokok yang dilakukan oleh orang Mentawai dilakukan dalam momen yang beragam. Saat beraktifitas di luar rumah maupun di dalam rumah. Ini juga menunjukan bahwa rokok membuat masyarakat Mentawai merasa tenang dan nyaman.

Konon katanya, setiap orang Mentawai memiliki jiwa yang jika merasa terganggu akan membuat tubuh yang ditempati jiwa tersebut akan sakit atau jiwa itu akan pergi dan meninggalkan tubuh orang tersebut. Nah salah satu untuk membuat jiwa tenang adalah dengan merokok.

Nilai dan Ube’

Dari semua itu dapat disimpulkan bahwa pola kehidupan sosial budaya dalam masyarakat Mentawai ini “dicampuri” dengan ube’. Lantaran ube’ memiliki fungsi tersendiri yang mewakili tujuan tertentu dalam laku hidup mereka.

Baca Juga:  Anti Rokok Usul Larangan Merokok di Rumah, Serius?

Fenomena antara rokok dengan masyarakat Mentawai sebenarnya salah satu bukti saja bahwa rokok, khususnya kretek memang menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebatas produk yang dihisap saja, melainkan ada maksud dan nilai-nilai tertentu dari suatu rokok kretek.

Walhasil menjaga kretek agar tetap lestari adalah bentuk dari mempertahankan budaya Indonesia. Karena harus diakui bahwa rokok kretek makin kesini selalu dihimpit. Seolah ingin dimatikan oleh mereka yang tidak suka. Termasuk pemerintah yang menganaktirikan kretek. Padahal kretek adalah anak kandung dari Indonesia itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *