Press ESC to close

Membongkar Kerancuan Pandangan Dokter Zaidul Akbar: Asap Rokok Itu Makanan Jin?

Kata Zaidul Akbar, asap rokok merupakan makanan jin atau setan. Pendapat yang aneh, ngawur, dan ajaib.

Perokok di negara mayoritas Islam seperti Indonesia kerap dihadapkan dengan beragam kontroversi rokok. Umumnya, terkait dalil teologis dan narasi kesehatan yang menjadi landasan hukum merokok. Selain itu, tak sedikit juga tokoh yang mendiskreditkan rokok dengan jurus cocoklogi menggunakan narasi agama dan mitos kesehatan.

Sebagian besar perokok yang bersandar pada padangan ulama berdasar nash yang diakui, meyakini hukum merokok itu mubah atau boleh, karena rokok dipandang tidak membawa mudarat. Secara tegas, hakikat rokok bukanlah benda yang memabukkan.

Di sini kocaknya, belakangan ada seorang pendakwah bergelar dokter cum praktisi pengobatan alternatif menilai asap rokok sebagai makanan kesukaan jin. Berdasar pernyataan yang dilansir media, bahwa ada orang (pasiennya) yang diruqyah karena ada jin di tubuhnya, ketika ditanya makanan jin itu, ternyata asap rokok.

Ditunjang lagi dengan keterangannya bahwa jin sangat menyukai makanan yang tidak sehat apalagi yang tidak halal. Jin macam apa ini bisa mengidentifikasi sehat tidak sehatnya suatu makanan, jin kiriman FDA apa WHO?

Salah Pikir Narasi Dokter terkait Asap Rokok

Baiklah, di konteks yang ‘tidak halal’ katakanlah makanan hasil mencuri atau merampas hak orang lain. Makanan yang dibeli dengan uang hasil korupsi. Di titik ini kita bisa agree to disagree, sepakat bahwa mencuri itu tindakan kriminal dan dilarang oleh dalil manapun.

Baca Juga:  3 Trik Membuat Asap Rokok Terlihat Menakjubkan

Namun, ditilik lebih cermat ini justru misleading, seakan memposisikan rokok sebagai produk tidak halal. Oke, seumpama rokok itu didapat dari membobol warung Madura siapa pun sepakat itu tidak dibenarkan. Bertentangan dengan moral agama manapun.

Sementara, rokok sebagai produk legal yang telah melalui proses uji BPOM, karena itulah dasar dikenai cukai. Artinya, dalam kedudukan hukum, rokok bukan barang mudharat atau pula ilegal. Jika pernyataan Zaidul Akbar itu bermaksud menyetarakan rokok dengan narkoba bin mudharat. Maka, dasar pikir yang dianutnya bernuansa kampanye kesehatan ala antirokok.

Di antara penjelasan Dokter Zaidul Akbar yang berupaya memberi edukasi kesehatan dengan embel-embel agama, ada dua logika kontradiktif berdasar keterangan di atas dan yang satu ini, “saya sering berpesan bagi yang ngerokok, tolong baca bismillah ketika mau merokok, karena Nabi SAW orang yang makan dan minum sesuatu tanpa baca bismillah. Maka dia makan minum bersama setan.” 

Sekelas dokter kok membingungkan umat sih. Sebelumnya dia bilang, asap rokok makanan jin dan setara makanan tidak halal tidak sehat, lantas dengan membaca bismillah menjadi halal dan sehat begitu? Bagaimana ini maksudnya, jinnya jadi tidak suka sama asap dan makanan karena dinetralkan kalimat suci? Lalu bagaimana dengan perokok yang berdoa tidak dengan bismillah?

Baca Juga:  Mengapa Perokok Sulit Menemukan Rokok Inter di Jakarta?

Fakta Terbalik tentang Aktivitas Merokok

Faktanya, tidak sedikit teman-teman non muslim yang perokok terlihat so far so good tuh. Mereka menjalankan pola hidup normal. Waktunya makan ya makan, waktunya sebats ya sebats, waktunya olahraga ya olahraga, rehat ya rehat. Intinya, tidak ada tampak pembawaan kayak orang kemasukan jin atau setan karena merokok.

Lagipula, orang merokok atau tidak tentu punya dasar rasional masing-masing. Setidaknya untuk relaksasi diri. Bukan bertujuan untuk memberi makan jin atau setan. Aneh banget. Maksud saya, ini orang sekelas dokter kok memberi informasi rancu dan menyesatkan publik dengan keterangan yang bersifat standar ganda. Tak jauh beda dengan sikap pemerintah memposisikan rokok; industrinya ditekan devisa cukainya diisap.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *