Press ESC to close

Nasib Petani Tembakau dan Petani Cengkeh Pada Rezim Prabowo Gibran

Pemilu 2024 telah berakhir. Pasangan Capres dan Cawapres No. urut 2 Prabowo Gibran berhasil mendapatkan suara unggul di 36 provinsi dari 38 provinsi dengan perolehan 97 juta suara. Maka dari itu, hasil quick qount KPU telah memperkirakan pasangan nomor 2 ini akan memimpin Indonesia untuk tahun 2024-2029. 

Sebelumnya, ketiga kandidat Capres dan Cawapres telah mengatakan visi misi mereka masing-masing. Sejumlah reformasi kebijakan jika mereka terpilih telah disampaikan pada penyelenggaraan gelar debat antar Capres dan Cawapres. Sayangnya, tak satu pun dari mereka membahas Industri Hasil Tembakau (IHT) secara gamblang.

Di sepanjang kampanye yang mereka lakukan, Industri Hasil Tembakau (IHT) hanya sebagai pijakan objek politik untuk memperoleh suara. Seperti kampanye Gibran yang mengunjungi gudang tembakau di Temanggung pada Oktober 2023 lalu atau Ganjar yang mengunjungi para petani tembakau.

Lalu, kira-kira bagaimana nasib petani tembakau dan cengkeh di Indonesia pada kepemimpinan baru Prabowo-Gibran?

Nasib Petani Tembakau dan Petani Cengkeh

Salah satu gagasan Prabowo yang patut disoroti adalah ingin menempatkan Indonesia dalam posisi strategis internasional. Tentu hal ini dapat dilakukan misalnya dengan keberpihakan Prabowo terhadap sektor domestik, yakni petani tembakau dan petani cengkeh.

Perlu diketahui sebelumnya bahwa Prabowo merupakan mantan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) di tahun 2004 dan mantan Ketua Dewan Pembina Pemuda Tani Indonesia. Oleh karena itu, seharusnya Prabowo mampu berpihak penuh terhadap petani tembakau dan petani cengkeh.

Baca Juga:  Menolak Fatwa Haram Rokok

Selama ini Industri Hasil Tembakau (IHT) sudah menyumbang triliunan untuk perekonomian nasional. Sekitar 11 hingga 12% APBN didapatkan dari IHT dengan nilai kurang lebih 232 triliun. Selain itu industri ini juga telah membuka jutaan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, IHT dapat menjadi salah satu konsen Prabowo untuk membawa Indonesia dalam posisi strategis internasional.

Memiliki pengalaman sebagai mantan ketua HKTI, Prabowo pasti mengetahui bagaimana kondisi sektor pertanian tembakau dan cengkeh di Indonesia saat ini. Apalagi pertanian merupakan identitas negara kita. Orang-orang Indonesia sejak dulu merupakan petani hebat dengan kualitas SDM dan kualitas tanah di Indonesia yang memadai. Prabowo tak boleh luput khusus untuk sektor ini.

Potensi Tanaman Tembakau dan Cengkeh

Selain itu, komoditas tembakau merupakan komoditas potensial yang dapat menjadi alternatif ketika musim kemarau panjang atau el nino. Tanaman tembakau tidak memerlukan air yang banyak. Justru tembakau bisa berkurang kualitasnya jika banyak mengandung air. 

Baca Juga:  Mengapa Rencana Kenaikan Tarif Cukai Rokok Harus Ditolak?

Komoditas cengkeh sendiri juga merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai fantastis. Untuk 1 Kg cengkeh kering bisa dihargai hingga 50 ribu rupiah. 90% cengkeh digunakan sebagai bahan baku rokok kretek, sisanya terjual untuk campuran bahan makanan. Apalagi cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia yang diperebutkan oleh banyak negara. Cengkeh inilah yang membuat negara barat menjajah kita dahulu. 

Jika Prabowo mampu berpihak penuh kepada petani tembakau dan petani cengkeh, tak hanya petani tersebut akan sejahtera, namun perekonomian Indonesia dari IHT juga semakin bagus. Selain itu, harapan Prabowo membawa Indonesia untuk dapat menempatkan Indonesia di posisi strategis internasional bisa terwujud.

Walaupun Prabowo memiliki riwayat yang bagus sebagai mantan HKTI, namun sayangnya sampai sekarang ia masih terkesan setengah hati untuk berpihak di Industri Hasil Tembakau (IHT). 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *