Press ESC to close

Sudah Semestinya Perokok Tidak Bersikap Apatis

“Ngerokok mah ngerokok aja. Nggak usah ini-itu. Nggak usah bikin pembelaan macem-macem.” Mungkin kita tidak asing dengan pernyataan itu. Bahkan pernyataan itu keluar bukan dari anti rokok melainkan dari mulut perokok. Hmmm. Miris.

Memang saya melihat dalam dunia rokok sangat bisa bahkan sering terjadi konflik horizontal. Alias antar sesama perokok bisa saling bertengkar dan berantem. Misal banyak para perokok yang goblok karena masih merokok saat berkendara. 

Belum lagi tidak sedikit pula perokok yang tidak tahu tempat. Ada ibu hamil atau anak kecil masih saja bandel untuk merokok. Orang-orang itulah biasanya yang akan menyulut konflik dengan para perokok yang sudah “teredukasi”. Para perokok yang bisa memposisikan kapan dan dimananya mesti merokok. 

Kembali ke persoalan awal. Apakah merokok hanya sebatas merokok saja. Jawab saya TIDAK!!. Sebab bagi saya merokok tidak hanya sebatas merokok. Rokok lebih luasnya Industri Hasil Tembakau bukan urusan remeh-temeh. Banyak sekali permasalahan yang ada di Industri Hasil Tembakau. Lantas apakah kita akan terus diam saja ketika melihat itu?

Baca Juga:  Benarkah Rokok Menurunkan Kualitas Hidup SDM Indonesia?

Padahal yang perlu ditekankan lagi adalah kita sebagai perokok merupakan bagian dari ekosistem Industri Hasil Tembakau. Jadi perokok boleh kok menuntut hak-haknya misal soal ruang khusus merokok yang pemerintah selalu abai.

Jangan Abai dengan Industri Hasil Tembakau

Kita juga boleh bahkan bila pelu mempertanyakan, komplain, ketika harga rokok mahal. Atau ketika ada regulasi yang tidak berkeadilan bagi Industri Hasil Tembakau. Karena sekali lagi, kita bagian dari ekosistem itu. 

Ekosistem adalah kesatuan utuh. Jika ada bagian eksoistem yang “minus/catat” maka hal itu akan berpengaruh pada variabel di ekosistem yang lainnya. Jadi dalam suatu ekosistem Industri Hasil Tembakau, masing-masing variabel harus memiliki keseimbangan.

Pun kalau kita peka, sebagai perokok kita mesti sadar bahwa makin kesini Industri Hasil Tembakau terus dihajar dengan berbagai palu godam. Selalu dihajar dibanding hal lain.  Misal rokok dinilai berbahaya padahal Junk Food lebih berbahaya. Kenapa pemerintah gentol dengan rokok sedangkan junk food tidak. Aneh!! Kepekaan dan jiwa kritis kita diuji disini.

Baca Juga:  PBNU Merespon Wacana Kenaikan Cukai Rokok 2022

Karena seperti yang disampaikan di awal, Industri Hasil Tembakau bukan perkara sepele. Kalau dikatakan masalah sepele, tidak mungkin Agus Salim memakai kretek sebagai alat diplomasinya. Tidak mungkin ada peringatan (Hari Aneh) 31 Mei sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tidak mungkin ada Hari Kretek yang jatuh pada 03 Oktober. Dll dll.

Oleh karena itu adalah hal yang bagus ketika para perokok aware dan peka akan semua itu. Tidak diam saja. Jadi tidak ada yang salah ketika para perokok melakukan pembelaan dalam urusan Industri Hasil Tembakau. Selama pembelaan itu di taraf yang wajar. Itu!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *