Press ESC to close

Tradisi Nyadran Kali dan Rasa Syukur Para Petani Tembakau

Para warga di lereng Gunung Sindoro memiliki banyak tradisi unik yang dilaksanakan setiap tahunnya. Selain prosesi pernikahan tembakau yang dilakukan sebelum masa tanam tembakau, ada juga tradisi nyadran kali yang dilakukan setiap Jumat Kliown di bulan Sapar. Dengan membawa tenong berisi ingkung serta nasi tumpeng ke mata air Sidandang sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap tradisi memiliki makna masing-masing pada setiap penyelenggaraannya. Pada tradisi nyadran kali ini, para petani mengucap rasa syukur pada Yang Maha Kuasa terhadap hasil panen tahun ini. Meskipun tahun ini hasil panen tembakau tidak begitu baik, namun para petani tetap menyelenggarakan tradisi dan tetap mengucap rasa syukur kepada Yang Maya Esa.

Dalam Nyadran Kali, ratusan warga Desa Tlahab berbondong-bondong menuju mata air Sidandang sebelum matahari terbit. Dengan khusuk mereka mengikuti semua prosesi dalam ritual tersebut. Ritual yang telah diselenggarakan secara turun-temurun ini juga menggelar mujahadah bersama di masjid desa serta pergelaran wayang kulit selama dua hari dua malam.

Baca Juga:  Tips Untuk Kretekus Yang Mudik

Sebagaimana ritual selamatan lainnya, Nyadran Kali adalah upaya mengucap rasa syukur atas nikmat air yang melimpah, kesehatan bagi para warga, serta keamanan desa. Selain itu ritual ini juga dimaksudnkan untuk mendoakan pendiri desa setempat, yakni Kyai Jogorekso.

Ritual ini juga dilaksanakan sebagai upaya untuk mengingatkan warga agar bisa menyatu dengan alam. Agar ikut menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan.

Karena para warga yang kebanyakan berprofesi sebagai petani, mereka berbaur dengan alam. Mereka juga harus merawat alam dengan baik sehingga alam, lingkungan, serta mata air melimpah hingga anak dan cucu mereka turut menikmati rahmat dari Yang Maha Esa.

Bila dilihat dari sisi yang lain, tradisi ini sendiri menarik untuk dijadikan sebagai potensi wisata desa. Tradisi ini memiliki daya tarik yang cukup baik, hingga (harusnya) mampu mendatangkan wisatawan baik dari nusantara maupun mancanegara. Tradisi ini sendiri memang dilakukan di salah satu desa yang memilkiki kawasan wisata alam yang amat indah.

Semoga, segala tradisi yang dimiliki masyarakat lereng Gunung Sumbing tetap terjaga. Akar kehidupan masyarakat yang telah lama menjalin hubungan dengan tembakau tentu tak bisa dihilangkan begitu saja. Karena, dari tembakaulah mereka hidup. Dan tembakau serta tradisi mereka bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga hidup dan penghidupan mereka.

Baca Juga:  Carlo Ancelotti dan Selebrasi Bergaya Merokok