Sepanjang pengalaman saya merokok dan bertemu para perokok, hadir beberapa obrolan ajaib tentang mitos-mitos rokok yang kerap kami percayai. Misal, kalau kalian sedang kena flu dan pilek, coba hisap Dji Sam Soe atau kretek tangan lainnya. Insya Allah pilek kalian bakal reda. Atau mungkin mitos soal rokok yang dibalik bakal lebih enak rasanya.
Untuk yang pertama saya rasa hal ini memang benar adanya. Asal tahu saja, sejarah soal kretek memang menjelaskan kalau lintingan tembakau dicampur cengkeh ini tercipta untuk meredakan sesak nafas sang penemu.
Kala itu, Haji Djamhari tengah sesak nafas. Ia mencari cara untuk meredakan sakitnya. Kemudian Ia mencampur cengkeh dan tembakau serta dilinting dengan daun jagung untuk kemudian dibakar dan dihisap. Berhasil, sakitnya mereda dan kretek pun jadi dikenal banyak orang.
Cengkeh sendiri memang memiliki manfaat yang besar untuk kesehatan. Mengatasi pilek hanya satu di antara sekian manfaat lain cengkeh seperti menyehatkan jantung, meredakan batuk, dan meringankan infeksi saluran pernafasan. Jadi ada benarnya kalau Anda pilek lalu menghisap kretek bisa saja sakit itu sembuh dengan sendirinya.
Namun untuk kasus rokok yang dibalik penempatannya di bungkus akan menambah cita rasa, agaknya hal ini cuma perspektif yang termitoskan oleh kretekus. Lah setiap batang rokok punya komposisi yang sama di setiap mereknya, mau dibakar duluan atau terakhir ya tidak mengubah keadaannya.
Memang soal rasa itu amat subjektif dan amat dipengaruhi perspektif dan sugesti. Jika pun menurut banyak orang rokok terbalik itu rasanya lebih enak, itu ya soal sugesti saja. Tidak lebih. Jangankan soal rasa rokok, durian yang rasanya begitu enak saja bisa berubah jadi musibah apabila dirasa oleh orang yang tak suka.
Okelah, membandingkan rasa rokok dan durian seperti tadi memang tidak tepat. Tapi ya cita rasa itu perkara yang subjektif sekali, dan sugesti kita amat mempengaruhinya. Misal kita semua tentu suka Indomie, pada saat tertentu biasanya ada momen yang membuat Indomie santapan kita itu terasa jauh lebih nikmat. Itulah yang namanya sugesti.
Karena, seperti tadi saya bahas, komposisi pada setiap batang rokok di merek yang sama itu tidak memiliki pembedaan. Untuk urusan rasa, percayalah perusahaan rokok tidak akan berani main-main. Jadi ya perkara ini cuma mitos yang boleh Anda yakini ataupun tidak.
Meski begitu dari sekian banyak mitos yang ada soal kretek, ada satu hal yang jelas-jelas tidak saya percaya. Yakni anggapan kalau orang merokok itu bisa kurus dan jika berhenti merokok bisa bertambah gemuk. Untuk perkara ini percayalah hal itu sama sekali tidak benar.
Memang, bagi orang yang mengisap rokok biasanya kebutuhan akan camilan jadi berkurang. Mungkin karena inilah anggapan orang merokok bisa kurus muncul. Sementara memang, bagi orang yang berhenti merokok, mereka jadi banyak melahap camilan sebagai ganti batang rokok yang mereka isap. Tapi ya dua hal ini, buat saya, sama sekali tidak bisa menjadi bukti.
Kalau kalian mau bukti paling jelas dan terbukti kalau anggapan ini tidak benar, coba saja lihat bagaimana bentuk tubuh saya. Walau perokok, badan saya masih tambun dan berlemak. Nggak ada kurus-kurusnya. Nantinya kalau masih ada teman kalian percaya kalau rokok itu bisa bikin orang kurus, coba suruh tengok foto-foto saya yang makin buncit ini.
- Kenapa Kampanye Antitembakau Tidak Mendorong Rokok Menjadi Produk Ilegal? - 25 May 2023
- Beragam Tantangan Budidaya Tembakau di Indonesia - 3 May 2023
- Komitmen PT Djarum Pada Tembakau Temanggung - 20 July 2021