Search
Adat-pernikahan-suku-kerinci

Rokok dan Ibeak Nasai, Jamuan Khas dalam Kenduri Pernikahan Suku Kerinci

Masyarakat Kerinci seperti umumnya masyarakat adat di Indonesia dalam menghelat kenduri pernikahan juga menganut tradisi perjamuan yang khas. Terdapat rokok dalam unco atau uncang, serta penganan khas masyarakat Kerinci yang dikenal dengan nasi ibat, yang oleh masyarakat sana disebut Ibeak Nasai.

Ibeak  atau ibat artinya bungkus—dari daun pisang—dan nasai artinya nasi. Nasi ibat diletakkan di atas talam bundar sebanyak 6 bungkus untuk 3 orang tamu undangan, nasi ibat di atas dulang atau talam itu melambangkan Sko Tigo Takah (struktur dalam musyawarah adat), yakni  sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.

Jamuan makan bersama ini seperti halnya acara kenduri yang berlangsung di Jawa. Dilaksanakan setelah prosesi akad nikah Mulang Muntein (memulangkan pengantin) dilangsungkan. Pihak keluarga mempelai wanita yang menjamu makan bersama, menaiki rumah baru dan peresmian pernikahan tamu terhormat seperti Depati-Ninik Mamak, yaitu tempat yang dikhususkan.

Sebelum para tamu kehormatan dan undangan datang terlebih dahulu tuan rumah telah menyediakan sirih-pinang lengkap dengan rokok yang diletakkan dalam dulang tinggi atau dulang rendah.

Biasanya orang-orang terhormat membawa rokok dan sirih sendiri yang diletakkan dalam unco atau uncang yang terbuat dari pandan. Uncang ini dibawa terus kemanapun pergi, dan ini merupakan persediaan tuan rumah untuk para tamu yang lain.

Baca Juga:  Lagi-lagi Tenis dan Masa Depan Olahraga Ini Tanpa Wismilak

Nasi  ibat tersebut berbentuk segi tiga dan di antara ketiganya diletakkan air minum dalam tempurung yang sudah dikikis sabutnya. Dan di tengah ketiga nasi ibat tersebut diletakkan tempat basuh tangan, umumnya orang Jakarta menyebutnya sebagai kobokan.

Di atas tempat basuh tangan itu diletakkan sepiring gulai merah. Biasanya gulai merah itu terdiri dari isian (lauk) yang dicampur irisan nangka muda dan daging. Sebagian lain menggunakan kentang sebagai pengganti nangka muda.

Setelah nasi terhidang, air kawo diedarkan kalau kalau ada tamu yang menambah air minum. Perlu diketahui kretekus sekalian, air kawo ini terbuat dari daun kopi yang telah dihangatkan  di atas bara api sampai kering yang dimasukkan dalam tabung bambu. Air kawo di dalam tabung dituangkan sendiri oleh para tamu atau undangan.

Menurut adat istiadat suku Kerinci dalam melaksanakan jamuan pernikahan, undangan disampaikan lewat 2-3 orang perempuan  dengan menyandang jangki terawang—biasanya digunakan sebagai tempat sirih—yang di dalamnya berisi sirih dan rokok. Hantaran semacam ini serupa halnya pada tradisi Mangimbau Urang di masyarakat Minangkabau.

Orang rumah yang diundang menerima undangan dengan memakan sirih bagi perempuan dan menghisap rokok bagi yang laki laki. Jika yang diundang itu kaum adat, yang datang mengundang adalah Tengganai rumah bersama perempuan yang membawa jangki terawang berisikan sirih pinang dan rokok.

Baca Juga:  Mengenal Bahan Baku Rokok, Kertas Sigaret alias Papir

Pelaksanaan Kenduhei atau kenduri di masyarakat Kerinci saat ini telah mengikuti perkembangan dan selera zaman, tak sedikit kenduri pernikahan di masyarakat Kerinci yang juga telah beradaptasi dengan unsur-unsur modern.

Pada ritus persiapan dan pelaksanaannya tak jarang sudah dilakukan secara praktis, beberapa unsur dihadirkan seperlunya demi bersesuai dengan tuntutan zaman. Namun ketentuan adat dan ico pakai adat masih tetap dilaksanakan.

Masuknya pengaruh kebudayaan luar adalah keniscayaan yang turut mewarnai rangkaian prosesi pesta pernikahan masyarakat Kerinci. Di daerah perkotaan serta pada beberapa desa yang relatif maju biasanya pesta pernikahan itu diisi hiburan musik tradisional.

Tak dipungkiri bahwa pengaruh kebudayaan Minangkabau turut mewarnai pernak pernik penyelenggaraan kenduri pernikahan masyarakat Kerinci. Hal ini dapat dilihat pada bentuk pelaminan dan coraknya, kotak tempat kado para undangan. Sedangkan bagi suku asli Kerinci pakaian adat Alam Kerinci masih tetap dipertahankan.