Press ESC to close

Agar Nongkrongmu dan Pertemanan Tetap Bahagia

Nongkrong sampai saat ini sudah menjadi rutinitas sampingan yang seakan wajib dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Di berbagai tempat, pedesaan maupun perkotaan, kalian pasti sering menjumpai kegiatan-kegiatan tongkrongan pada setiap waktu. Baik itu saat hari libur, setelah menjalankan kegiatan, atau di sela-sela kegiatan pun kalian bisa melihat orang-orang bergerumul untuk sekadar nongkrong.

Syarat untuk nongkrong pun tak terlalu susah. Yang harus kalian lakukan hanya memantapkan niat bersama teman-teman dan mencari lapak seadanya, baik lapak langganan maupun lapak lain yang sedang tren di kalangan. Hanya bermodalkan dua hal itu saja maka dapat dipastikan terbentuk sebuah tongkrongan.

Nongkrong memang menjadi tren tersendiri bagi rakyat Indonesia. Maklumlah, sebagai negara yang memiliki rakyat multietnis, multidaerah maupun multi-multi lainnya, rutinitas nongkrong sudah seperti menjadi kewajiban bagi kita untuk saling bertukar pikiran, mengakrabkan diri, melepas penat ataupun berpedekate dengan pasangan. Bahkan, seorang teman pernah berkata begini kepada saya, “kalo gak nongkrong, lu gak Indonesia banget.” Ucapannya seperti ingin menegaskan bahwa nongkrong dan berguyub ria memang sudah jadi identitas dan membudaya di Indonesia.

Sebagaimana nongkrong yang sudah menjadi budaya bagi rakyat Indonesia, bagi kalian para kretekus rasanya tak akan lengkap jika nongkrong tak diiringi dengan menghisap sebatang rokok. Barangkali bagi kita akan terasa ada yang ganjil jika sedang nongkrong tanpa rokok. Begitu juga jika membicarakan rokok tanpa nongkrong. Seolah-olah kedua elemen itu ibarat dua sisi mata uang yang saling berkaitan.

Baca Juga:  Dampak Erupsi Gunung Agung pada Lahan Tembakau dan Cengkeh

Tatkala sedang nongkrong, dan salah seorang teman memulai topik pembicaraan, maka sebatang rokok pun pasti sudah mulai menempel di mulut kretekus sekalian. Apalagi jika kita menghisap rokok dengan ditemani dengan secangkir kopi. Aih, nikmatnya tiada tara bukan?

Namun, bagaimana jika kalian sedang nongkrong bersama dengan orang-orang yang tidak merokok. Apakah kalian harus menunda merokok atau lanjut menghisap sebatang rokok kalian? Kretekus tentunya sudah paham bahwa nyatanya tak semua orang adalah perokok. Nah, agar nongkrong kalian dapat merokok dan tetap bahagia, maka saya punya beberapa solusi yang bisa meminimalisir kalian untuk tetap merokok meskipun sedang nongkrong dengan non-perokok.

Jadi begini, hakikat sebenarnya dari nongkrong adalah membina nilai silaturahmi dan berguyub ria. Kretekus tak perlu takut untuk merokok jikalau bersama dengan orang-orang yang bukan perokok. Jika ingin merokok, alangkah lebih baiknya jika kalian berbincang terlebih dahulu dengan orang-orang non perokok. Tentu saja permintaan untuk merokok disampaikan dengan rileks demi menjaga perasaan teman-teman yang tidak merokok.

Lihatlah respon dari orang-orang non perokok. Jika diizinkan untuk merokok, berbahagialah kalian dan segera ambil satu bungkus rokok. Namun, jika kalian tidak mendapat izin dari orang-orang non perokok, segeralah menepi sejenak ke tempat yang tak terjangkau asapnya dari keberadaan orang-orang yang bukan perokok itu.

Baca Juga:  FCTC dan Ancaman Kebijakan Pro-modal Asing

Yang lebih penting daripada itu, sedari awal baiknya kalian pilih tempat duduk yang agak sedikit berjauhan dengan orang-orang non perokok. Tentu saja ini bukan berarti kalian memusuhi mereka, itu adalah bentuk toleransi kalian agar asap rokok tidak terlalu mengganggu keberadaan mereka.

Tentunya sifat toleransi dalam hal merokok ini harus dipahami betul oleh orang-orang yang merokok maupun yang tidak merokok. Saling menghargai antar sesama itulah nilai-nilai luhur yang masih dimiliki bangsa kita. Tujuannya agar rasa nyaman dan nilai-nilai pertemanan tetap terbina dengan baik. Jangan lupa hakikat sebenarnya dari nongkrong adalah bersenang-senang, maka bersenang-senanglah kalian saat sedang nongkrong. Bukan justru berselisih hanya karena perkara yang sebetulnya bisa diatasi dengan berbagi ruang, dan saling menghargai.

Mochamad Anthony

Bukan aktivis buruh, cuma buruh kantoran