Press ESC to close

4 Perilaku Perokok yang Mendidik

Perokok seringkali dicap sebagai konsumen yang menganut kebiasaan buruk. Anggapan ini melekat lantaran masyarakat umum menilai dari paradigma kesehatan. Merokok dibingkai sebagai aktivitas yang merugikan, baik terhadap penggunanya maupun sekitarnya.

Sehingga kerap kali pula aktivitas orang merokok dibingkai sebagai perilaku yang tidak mendidik. Bahkan dalam upaya menebalkan buruknya perilaku tidak mendidik itu, kelompok antirokok mensosialisasikan muatan kampanyenya dengan melibatkan siswa-siswi sekolah.

Muatan yang ditanamkan kepada generasi muda itu adalah segala hal yang buruk saja, mulai dari perkara mithos kesehatan, sampai ke soal perilaku perokok yang melulu dicap kontra produktif. Meski faktanya dari dana cukai perokok terdapat 50% yang dialokasikan untuk JKN (Jaminan Kesehatan Sosial).

Melalui tulisan ini saya akan kemukakan hal-hal positif dan mendidik dari kehidupan perokok, hal-hal mendidik dalam konteks ini bukan perkara perokok pandai berkelitnya perokok dari tuduhan negatif, atau belaga bijak dalam banyak hal. Tentu hal yang saya nilai mendidik di sini adalah kemampuan memberi teladan terhadap sesama maupun lingkungannya. Terutama dalam hal mengulungkan kesantunan sebagai perokok.

Baca Juga:  Kertas Rokok Royo, Ekonomis dan Berkualitas

Pertama,

perilaku mendidik itu terlihat dari sikap perokok yang sadar untuk tidak mengonsumsi rokoknya saat berkendara di atas sepeda motor. Karena Ia paham ada risiko yang ditimbulkan jika abu rokok maupun bara apinya terbawa angin yang dapat terkena orang lain.

Kedua,

perilaku mendidik itu mudah dikenali dari kebiasaan perokok yang memilih tempat-tempat khusus yang memang diisyaratkan boleh merokok, jauh dari jangkauan anak dan ibu hamil.

Ketiga,

perilaku mendidik itu dapat ditengarai dari kebiasaan membuang puntung rokok pada tempatnya. Serta tidak membiarkan bara apinya tetap menyala saat sudah tidak lagi dikonsumsi.

Keempat,

perilaku mendidik itu tercermin dari jiwa-jiwa sosial perokok yang enteng dalam hal berbagi. Pernah tahu kan, bahwa secara tak tertulis di keseharian perokok kerap berlaku kegiatan subsidi silang. Saling berbagi rokok antar sesama yang lagi berstatus cekak.

Jangankan urusan berbagi rokok,  perkara cukai perokok dipakai buat menalangi defisit BPJS Kesehatan saja para perokok tetap woles. Karena para perokok percaya, berbagi rejeki itu seperti matahari yang menyinari bumi.

Baca Juga:  Merokok, Perayaan Lebaran Sederhana di Masa Pendemi Corona

Dari empat poin itulah, kiranya kita bisa mengambil sisi obyektif dari kehidupan perokok. Terutama dalam memosisikan rokok bukan untuk digunakan secara mentang-mentang. Mentang-mentang produk legal terus semau-maunya saja ngelepus disembarang. Tanpa peduli sekitarnya.

Iya itu sifat masabodo yang melekat juga pada konsumen barang konsumsi lain. Tidak sedikit kan, Anda melihat gelas plastik maupun botol bekas minuman segar yang dibuang sembarang, bahkan ada yang membuangnya dari dalam mobil ke jalanan dengan cuek. Entah itu perokok ataupun bukan, yang pasti perilaku semacam itu jelas sangat tidak mendidik dan tidak pantas untuk diteladani.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah