Press ESC to close

Rokok Kretek dan Kebangkitan Nasional

Pada satu waktu, Presiden Soekarno pernah menyebut nama raja kretek Nitisemito dalam pidatonya. Nitisemito memang bukan orang yang asing bagi Bung Karno. Ketika agresi militer belanda terjadi, Nitisemito menjadi orang yang menerima dan menampung para pejuang kemerdekaan, termasuk Soekarno.

Kala itu, Nitisemito memang telah dikenal sebagai salah satu pengusaha lokal paling sukses di Indonesia. Sebagai pengusaha sukses, bukan hal aneh bagi Nitisemito menolong Bung Karno dan pemerintahan. Bahkan, katanya, Nitisemito menjadi salah satu penyandang dana bagi pemerintahan kala itu.

Hubungan antara kedua tokoh besar tersebut sebenarnya bisa dijadikan bukti bahwa ikatan antara kretek dan negara hampir tidak terpisahkan. Bahkan sejak belum merdeka, pemerintah yang berkuasa hampir selalu mengandalkan pemasukan dari industri ini sebagai andalan. Dan ketika industri kretek telah benar-benar serius menapaki jenjang yang lebih serius, pemerintah mengandalkan industri ini sebagai salah satu penyerap tenaga kerja yang ada.

Sejak tahun 2013, penerimaan negara atas cukai telah mencapai angka ratusan triliun rupiah. Jumlah ini setidaknya setara dengan 7% APBN pada tahun 2014. Dan angka-angka tersebut terus menanjak di setiap tahunnya, seiring dengan target penerimaan cukai yang juga terus dinaikkan oleh pemerintah pada setiap tahunnya.

Pada momen kebangkitan nasional tahun ini, pemerintah masih mengangkat tema pembangunan sebagai andalan. Memang, sejak menjabat sebagai presiden, Joko Widodo banyak memberikan fokus kepada pembangunan yang merata di setiap daerah. Terutama, pembangunan di kawasan pinggiran dan yang selama ini banyak ditinggalkan.

Baca Juga:  Asbak Rokok Portable, Solusi Efektif Bagi Perokok Santun

Dengan kebutuhan pembangunan yang cukup besar, pemerintah tentu mengandalkan segala saluran pemasukan untuk menjalankan segala program tersebut. Dan salah satu hal yang diandalkan, tentu saja pemasukan dari cukai rokok. mengingat pemasukan dari cukai rokok adalah salah satu yang terbesar dari yang dimiliki pemerintah.

Tahun lalu, pemerintah telah mengandalkan dana cukai untuk menalangi kekurangan dana dari program jaminan kesehatan nasional. Tahun ini bahkan, walau ditentang, pemerintah membuat aturan (semena-mena) terkait alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau di daerah guna kebutuhan program tersebut. Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa: pemerintah masih membutuhkan dana dari industri kretek.

Industri kretek tentu bukannya tidak mau terus membantu pemerintah. Hanya saja, dalam banyak hal, pemerintah justru memalingkan wajahnya dari industri ini ketika segala pukulan dan masalah menerpa kretek. Pemerintah, seperti biasa, menunjukkan diri sebagai pihak yang bermuka dua. Di satu sisi, mereka mendorong aturan untuk menghancurkan kretek. Tapi di sisi lain, mereka membutuhkan anggaran tersebut.

Kalau sudah begini, sepertinya republik tidak bakal bisa bangkit walau tiap tahunnya tetap merayakan hari kebangkitan nasional. Republik ini, secara tidak jantan, tidak berani mengakui bahwa kretek sebagai salah satu komoditas unggulan telah menjadi andalan republik ini bertahan hidup. Pemerintah masih saja berkilah jika ditanyai bagaimana nasib kretek ke depannya, apakah bakal benar-benar diberangus atau akan dipertahankan.

Baca Juga:  Tulus “Douane” Abadi. 

Berbeda dengan negara seperti Kuba yang dengan tegas melindungi industri cerutu sebagai salah satu andalan pemasukan negara. Mereka tidak pernah malu mengakui bahwa cerutu adalah komoditas unggulan mereka. Dan mereka dengan sigap melindungi industri ini dari segala kepentingan terkait perang bisnis nikotin yang melanda dunia.

Seandainya saja pemerintah mau mengakui bahwa komoditas unggulan bernama kretek ini menjadi andalan pemasukan negara, tentu persoalan tidak bakal menjadi rumit. Jika sudah mau mengakui, tentu pemerintah tinggal berani bertindak tegas terhadap segala upaya penghancuran kretek. Karena dengan sikap muka dua dan kemunafikan itulah pemerintah republik selalu gagal membawa rakyat menjalani hidup yang lebih sejahtera. Dan karena itu pula, kebangkitan nasional yang tiap tahun diperingati itu sebatas peringatan belaka.

Furqon Nazali

Bergembira sebelum negara api menyerang