Press ESC to close

Tari Sintren dan Rokok Sajen di Dalamnya

Indonesia mempunyai seni tari yang cukup beragam dan masih disukai oleh masyarakatnya. Kita tentu masih mengenal tari Jaipong yang penampilannya sangat menghibur.  Ada juga Tari Seblang dari Banyuwangi, Tari Sigale-gale dari Samosir dan masih banyak lagi. Seni pertunjukan rakyat tersebut kebanyakan bersifat mistis. Salah satu dari tarian mistis tersebut, ada yang menggunakan rokok sebagai salah satu syarat pertunjukan tari tersebut. Tari Sintren namanya.

Tari Sintren adalah seni pertunjukan khas Sunda-Jawa yang masih eksis sampai sekarang. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong yang menggunakan unsur magis tradisional dengan penuh gerak, lebih tegas, sesuai dengan detak-detak kendang dan bedug.

Tarian Sintren terdiri dari empat babak. Di antara masing-masing babak, sang Sintren beristirahat untuk minum air putih, makan kembang telon, merokok siong yang disulutnya sendiri dengan pemantik api buka-tutup model kuno. Semuanya dilakukan dengan berlenggak-lenggok sambil duduk bersimpuh.

Karena tarian ini adalah tarian mistis, seorang pawang Sintren perlu menyiapkan beberapa sesajen untuk memanggil arwah berupa bunga, minyak wangi, air putih, kopi, dan rokok Siong, rokok dengan bahan tembakau, kelembak, dan kemenyan.

Baca Juga:  Upaya Blitar Membangkitkan Tembakau Selopuro

Rokok Siong dalam tari Sintren ini sudah ada sejak pertama kali kesenian ini muncul. Rokok ini pada mulanya dibungkus menggunakan nipah. Pada perkembangannya, jenis rokok ini dibungkus menggunakan kawung dan klobot.

Para penari Sintren yang sedang kesurupan biasanya meminta rokok jenis ini. Waktunya bisa di awal pertunjukan, saat menari ataupun saat penari istirahat sejenak sebelum memulai babak berikutnya.

Uniknya dalam tarian ini, ada dua tembang yang dinyanyikan ketika si penari Sintren sedang merokok: Mbako-mbako dan Ela-ela. Tembang dari sinden tidak akan berhenti jika si penari belum berhenti merokok.

Mbako-mbako

Sintren siji lagi ngudi

Ngudi apa? Sintren suci njaluk udud

Mbako-mbako

(Tembakau-tembakau / penari Sintren sedang punya keinginan / apa keinginannya? Si penari Sintren yang suci ini sedang minta rokok / Tembakau-tembakau..)

Ela-ela

Ela-ela rokok dawa tali sutra

Sintren siji lagi kepingin udud njaluk ning sapa

Kaki duda utange pira nini randa sing nyaurina

Nyaurina nggo sapa?

Nyaurina nggo Sintren siji sing lagi kepingin rokok dawa taline sutra

(Ela-ela / Ela-ela rokok panjang bertali sutra / Ada penari Sintren sedang ingin merokok, tapi minta rokoknya ke siapa / Kakek duda punya utang, tapi nenek janda yang membayar utang / Bayar utang kepada siapa? / Membayar utang kepada penari Sintren yang sedang ingin merokok panjang bertali sutra)

Baca Juga:  Salah Kaprah Kawasan Tanpa Rokok: Berbagi Hak Bukan Pembatasan

Dengan rokok Siong sebagai syarat utama, keberadaan jenis rokok ini sangat diperlukan demi melestarikan tarian Sintren. Salah satu produsen yang masih memproduksi rokok Siong ini berada di Kebumen, Jawa Tengah. Mereka pun memberi merek khusus dipersembahkan untuk tarian Sintren, yaitu rokok Sintren. Maka tak heran banyak yang menganggap bahwa rokok Sintren adalah rokok mistis karena digunakan untuk salah satu sesajen dari tari Sintren.

Furqon Nazali

Bergembira sebelum negara api menyerang