Selain bermanfaat untuk kesehatan, cengkeh punya andil besar dalam industri kretek dalam negeri. Bahkan ada yang bilang, cengkeh diibaratkan sebagai ’emas coklat’. Punya nilai investasi yang cukup besar. Mata rantainya terus hidup sampai sekarang.
Tanaman cengkeh ini hidup subur di banyak daerah, khususnya Indonesia wilayah timur. Selain faktor geografis, perlakuan dari petani menjadi penentu keberhasilan komoditas ini.
Salah satunya Munduk, Bali. Di tempat ini puluhan hektar membentang diselimuti pohon cengkeh. Meski ada beberapa titik ditumbuhi kopi, tapi mayoritas tanaman di tempat ini adalah cengkeh. Sungguh kaya jika dilihat secara nilai investasinya di tempat ini.
Tanaman cengkeh bisa dibilang tanaman yang ‘cengeng’. Salah perlakuan dari petani bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman cengkeh. Itulah kenapa para petani di sini salah satunya Bli Komang Armada harus apik merawatnya. Dari tanah, batang, sampai buahnya harus diperhatikan.
Sebagai tanaman endemik, kiranya perlu sama-sama mengetahui apa saja sih varietas cengkeh di munduk? Nah, kebetulan beberapa hari ini saya mengikuti segala aktivitas dan penjelasan langsung dari Bli Komang.
Oh iya, Bli Komang ini merupakan salah satu petani yang cukup ulet dalam urusan mengelola perkebunan cengkeh. Beberapa petani di munduk mengakui kegigihannya. Salah satu orang yang cukup berpengaruh juga di Munduk.
Dalam beberapa kesempatan, Bli Komang menjelaskan apa saja varietas cengkeh yang tumbuh di Munduk. Kebetulan sore itu Bli Komang mengajak kami untuk makan siang di area perkebunannya. Sepanjang jalan ia menjelaskan varietas cengkeh.
Pertama, Cengkeh Si Putih. Dilihat dari pohonnya sudah terlihat tidak rindang. Percabangannya kurang kompak. Pucuk atau daun muda berwarna hijau muda kekuningan dengan helaian daun relatif lebih besar. Pertandan berisi kurang lebih 15 kuntum bunga.
Yang paling mencolok, Kata Bli Komang, percabangannya baru dimulai pada ketinggian sekitar 2 meter dari permukaan tanah. “Kelihatan kok pohonnya nggak rindang,” jelasnya. Varietas ini mulai berbunga pada usia 6-8 tahun. Sayangnya produksi dan kualitas bunga varietas ini relatif rendah.
Kedua, Cengkeh Si Kotok. Varietas ini cukup unik, dari tajuknya saja terlihat seperti piramid. Percabangannya cukup kompak. Berbeda dengan Si Putih, Cabang pertama dari varietas Si Kotok tetap masih hidup sehingga nampak rendah dari permukaan tanah. Warna awal bunganya berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning saat matang dengan pangkal berwarna merah.
Untuk urusan berbunga, varietas ini hampir sama dengan Si Kotok. Di usia 6-8 tahun baru mulai berbunga. Terkait produksi dan kualitasnya jenis ini relatif sedang. Namun perihal adaptasi dengan lingkungan menurut Bli Komang, Si Kotok cenderung lebih baik dari pada si putih.
Ketiga, Cengkeh Zanzibar. varietas ini mulai berbunga lebih cepat dari varietas lainnya. Membutuhkan usia 4,5-6,5 tahun. Bunganya lebih gemuk dan bertangkai panjang, berwarna hijau saat muda dan berubah kuning saat matang petik. Jumlah kumtum bunga cengkeh Zanzibar ini relatif banyak.
Dilihat dari pohonnya, jenis ini terlihat rimbun dengan percabangan rendah dari permukaan tanah, berbentuk kerucut karena cabang-cabangnya membentuk sudut lancip. Pangkal tangkai daunnya berwarna merah. Bentuk dari daunnya sendiri agak langsing tapi lebar pada bagian tengahnya.
Cengkeh Zanzibar mempunyai daya adaptasi luas dengan produksi relatif tinggi dibandingkan dengan tipe lainnya. Jenis ini merupakan varietas yang dianjurkan untuk ditanam petani. Termasuk kebun milik Bli Komang yang mayoritas cengkehnya varietas Zanzibar.
Itulah beberapa varietas cengkeh di Munduk. Meski pohon cengkeh itu cengeng, hasil dari budidaya ini menyenangkan. Termasuk Bli komang, dari hasil cengkeh ini mampu menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.