Press ESC to close

Beberapa Salah Kaprah Tentang Komunitas Kretek

Selama 2 tahun memimpin Komunitas Kretek, ada beberapa hal lucu dan kadang menggelikan yang kerap dihadapkan kepada saya. Sebagai ketua, saya memegang semua kontak lembaga. Mulai dari media sosial, surat elektronik, juga nomor ponsel yang tertera sebagai narahubung. Karenanya, saya mengetahui hampir semua percakapan dengan beragam salah kaprah yang terjadi.

Sebelumnya, perlu diingat bahwa Komunitas Kretek ini adalah sebuah lembaga advokasi dan edukasi konsumen kretek. Kerja-kerja yang kami lakukan ya melakukan advokasi, terkait KTR misalnya, juga melakukan kampanye edukatif kepada para konsumen. Boleh dicek di situs atau media sosial kami, apa kiranya yang telah kami lakukan selama ini.

Hal di atas perlu kami sampaikan agar tidak lagi terjadi salah-kaprah-salah-kaprah di kalangan publik. Ya meski hanya segelintir yang melakukan itu, tapi kami kira kami perlu menjelaskan perkara ini kepada publik. Nah, berikut adalah beberapa salah kaprah yang biasanya disangkakan kepada kami

1. Komunitas Penjual Rokok atau Tembakau

Di pesan-pesan Instagram atau Fanpage Facebook, kerap masuk pesan-pesan yang menanyakan kami menjual rokok atau tembakau jenis apa. Mungkin, karena kami memiliki stok gambar tembakau dan rokok dalam berbagai jenis, dikiranya Komunitas Kretek ini sedang berdagang. Makanya kerap datang pesan semacam; “Jual rokok apa, bos?”

Baca Juga:  Memang Apa Enaknya Rokok? Ini Jawabannya

Padahal ya, kami cuma mau menunjukkan kalau ada beragam jenis kretek dan tembakau yang ada di Indonesia. Di sela-sela gambar tadi, biasanya terselip pesan bahwa ragam jenis tembakau serta kretek ini bakal musnah apabila upaya-upaya kelompok antitembakau untuk mematikan industri kretek tidak kita cegah. Di posisi inilah, Komunitas Kretek melakukan kerja-kerja advokasi agar mereka yang hidup dari tembakau tidak terganggu penghidupannya karena sentimen kelompok antirokok.

2. Perusahaan Rokok

Nah, yang ini lebih parah lagi. Sudah dikira jualan rokok, disangka pengusaha pula. Karenanya ada beberapa dokumen proposal yang masuk ke alamat surel kami untuk meminta bantuan dana atau sponsor. Dan yang paling mutakhir, ada satu sekolah yang mengajukan permohonan sponsor untuk acara pentas seni mereka.

Jadi begini, sudah dijelaskan di atas kalau kami tidak jualan rokok. Karenanya, kami juga bukan pengusaha rokok. Masa iya, kalau kami pengusaha, anggota Komunitas Kretek masih harus bekerja di tempat lain untuk mempertahankan hidup. Kalau punya duit mah mending kami hidup enak aja.

Baca Juga:  Belajar dari Kuba

3. Berhubungan dengan Perusahaan Rokok Besar

Selain pesan untuk meminta bantuan dana, ada satu hal lagi yang agak mirip terjadi kepada kami, diminta mempertemukan mereka yang mengirim pesan dengan bos perusahaan rokok. Ini jelas hal yang keliru jika disangkakan kepada kami. Lah, sebagai ketua Komunitas Kretek saja, saya belum pernah sama sekali bertemu dengan mereka.

Kalau memang ada akses untuk meminta sponsoring sih, sekali lagi, mending kami lakukan sendiri. Sialnya, sudah dua tahun jadi ketua Komunitas Kretek, paling yang bos perusahaan rokok yang pernah kami temui ya para pemilik UMKM pabrikan rokok di Kudus. Mereka mempertahankan bisnisnya aja sulit, ini mau dimintain duit. Yakali, bos.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit