Press ESC to close

Srobong Gobang dan Tanda Dimulainya Musim Tembakau

Akhirnya musim tembakau kembali datang. Setelah melalui satu musim yang cukup baik tahun lalu, pada 2019 ini para petani tembakau kembali mengharapkan panen yang melimpah. Harapan ini dihaturkan tatkala mereka melakukan satu tradisi yang menandai dimulainya musim tanam tembakau: Srobong Gobang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, para petani di lereng Gunung Sumbing, Desa Tlilir Kabupaten Temanggung menggelar tradisi jamasan Srobong Gobang sebelum mengawali musim tanam tembakau. Tradisi ini sendiri dilangsungkan dengan membersihkan alat-alat yang akan digunakan untuk bercocoktanam tembakau. Tidak hanya itu alat-alat tersebut juga dibersihkan menggunakan air kembang dengan harapan bisa memberi panen yang berlimpah.

Penamaan tradisi jamasan ini menggunakan salah satu alat pertanian yang akan digunakan, yakni Srobong Gobang. Ini adalah alat untuk merajang daun tembakau setelah panen dilakukan nanti. Setelah daun dipetik, kemudian ditata untuk diperam, hingga nantinya tembakau telah siap dirajang dan dijemur. Tradisi ini sendiri bertujuan agar peralatan yang digunakan dapat berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan malapetaka bagi para petani yang menggunakannya.

Ritual yang biasa dilakukan pada tradisi ini adalah para petani membawa gunungan hasil bumi dan alat-alat pertanian ke Kompleks Makam Kiai Tlilir yang merupakan makam leluhur para petani. Kemudian sebagian warga yang lain membawa makanan seperti nasi tumpeng dan ayam beserta jajanan pasar. Setelah tiba di makan, mereka akan berdoa untuk para leluhur dan melakukan prosesi jamasan.

Baca Juga:  Daya Tahan Tubuh dan Pola Hidup

Terakhir, setelah semua prosesi itu selesai para warga akan berebut gunungan hasil bumi yang dipercayai bakal membawa keberkahan bagi panen mereka.

Tapi tentu saja, selain melakukan semua prosesi tadi, para petani sudah menyiapkan bibit-bibit untuk ditanam ke ladang mereka. Biasanya, bibit-bibit tadi disiapkan sebelum hujan berhenti dan musim kemarau menampakkan diri. Maklum, tembakau yang ditanam di Temanggung adalah jenis Voor Oogst. Jenis tembakau yang ditanam ketika musim kemarau dimulai.

Pada tahun ini, jika sesuai dengan pembacaan kondisi cuaca, panen tembakau sepertinya bakal mencapai kualitas yang amat baik. Tembakau jenis Voor Oogst bakal mendapatkan kualitas terbaiknya ketika ditanam pada kondisi yang kering. Nah, tahun ini, wilayah nusantara bakal dilalui El Nino, yang artinya, kondisi iklim kemarau kali ini bakal lebih kering dari biasanya.

Misalnya, seperti yang terjadi pada tahun 2015. Ketika itu, wilayah nusantara juga dilalui badai El Nino. Hasilnya, kualitas panen meningkat dan harga jual tembakau juga ikut meningkat. Boleh dibilang, tahun itu adalah salah satu masa panen terbaik yang pernah didapatkan petani tembakau.

Baca Juga:  Strategi Djarum Super dan Sampoerna Mild 50 Batang untuk Merebut Pasar Ketengan

Puncaknya, rekor harga jual tertinggi tembakau pun muncul pada tahun tersebut. Tak tanggung-tanggung, satu kilogram tembakau srithil dari Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo itu dihargai Rp 1 juta. Memang sih harga ini tidak serta-merta diberikan pada semua tembakau yang ada. Tapi, ada banyak keranjang tembakau yang dihargai pada kisaran Rp 500 ribu untuk 1kg.

Semoga tahun ini para petani kembali mendapatkan panen yang melimpah dan berkualitas. Dan tentu saja, semoga para petani kembali mendapatkan harga tembakau yang baik.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit