Sebelum tembakau sampai di pabrik untuk kemudian diolah dan dipasarkan. Ada beberapa teknik pengeringan yang juga dilakukan petani untuk jenis tembakau-tembakau tertentu. Jika biasanya melalui proses dirajang terlebih dahulu, kemudian diperam dan dijemur dengan mengandalkan panas matahari. Namun adapula proses pengeringan tembakau yang dilakukan dengan teknik curing.
Perlakuan pada tembakau di Indonesia memang tak semua memiliki tatalaku yang sama. Terutama untuk kategori aromatik. Hal itu pula yang membuat cita rasa tembakau yang dihasilkan terbilang istimewa. Namun pada prinsipnya teknik yang dipergunakan ini tak hanya soal pencapaian cita rasa. Melainkan pula demi memenuhi permintaan pasarnya.
Melalui tulisan ini saya akan bahas dua teknik pengeringan tembakau yang terbilang lazim dilakukan di Indonesia. Teknik pengeringan tembakau yang dipaparkan di sini tak berarti berlaku di semua daerah penghasil tembakau. Hanya pada daerah-daerah tertentu saja. Sebagai konsumen, tak ada salahnya kita mengetahui dua teknik tersebut. Sila disimak:
Pertama, teknik Fire Curing
Ini adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau atau disebut juga pengasapan. Bahan bakar untuk untuk pengasapan bisa bermacam-macam. Namun pengasapan dengan kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu akan menghasilkan aroma harum dan manis. Pengeringan dengan metode ini menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin. Metode ini lazim dipakai untuk pengeringan tembakau krosok.
Proses pengasapan terhadap tembakau krosok ini tidak melalui proses dirajang seperti yang berlaku pada tembakau di Temanggung. Proses ini menghasilkan bentuk daun yang masih utuh. Biasa dikenal juga dengan istilah leaf type. Jenis tembakau yang diolah krosok termasuk tembakau Kasturi, White Berley, dan Virginia. Harga tembakau krosok terbilang lebih mahal dibanding tembakau rajangan, karena tahapannya yang panjang sebelum siap dipasarkan.
Kedua, teknik Flue Curing
Teknik pengeringan ini adalah dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Prosesnya membiarkan kelembaban berkurang secara perlahan selama 24-60 jam pertama—disebut juga sebagai proses penguningan—diikuti hilangnya kadar air hingga bagian gagang mengering pada tahap akhir. Teknik ini dipakai untuk tembakau virginia.
Virginia adalah jenis tembakau untuk bahan baku utama rokok putih. Namanya merujuk pada tempat tembakau ini kali pertama dibudidayakan di Virginia, Amerika Serikat. Terbilang cocok dibudidayakan di daerah subtropis dengan curah hujan ringan. Sering disebut juga brightleaf tobacco karena warna daun yang bernuansa kuning hingga oranye. Berdasar catatan sejarah, benih tembakau virginia diimpor dari AS untuk bahan rokok puti sekitar tahun 1925. Tembakau ini dibudidayakan di Lombok.