Press ESC to close

Tradisi Pasaran dan Rokok Kiai Di Pesantren Tradisional

Bulan Ramadan di banyak pesantren tradisional biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah tradisi ngaji pasaran atau mengkaji sebuah kita dari awal hingga khatam selama sebulan penuh pada bulan Ramadan.

Biasanya, bukan hanya santri pesantren aktif saja yang mengikuti kegiatan ngaji pasaran ini, akan tetapi banyak alumni atau masyarakat umum yang mengikuti kegiatan ini demi meraup atau dalam istilah orang jawa disebut ‘ngalap berkah’ kiai dan bulan Ramadan.

Kegiatan ngaji pasaran ini memiliki waktu yang sangat panjang. Bisa jadi, waktunya dari pagi ketemu pagi lagi. Itu semua dilakukan hanya untuk mengkhatamkan kitab yang dikaji ketika pasaran. Oleh karena itu, para kiai yang mengajar atau mengampu kitab dalam pasaran ini dituntut memiliki energi yang sangat cukup.

Biasanya, ngaji pasaran malam dimulai setelah selesai salat tarawih sampai jam satu atau dua dini hari menjelang waktu sahur tiba, para kiai menyiasati rasa kantuk yang dirasakan dengan merokok sepanjang pengajian berlangsung. Itu terbukti sangat efektif, bahkan tidak jarang juga para kiai mempersilahkan peserta pengajian untuk merokok juga.

Baca Juga:  Ucapan Lebaran yang Khas Buat Para Perokok

Tentu hal ini sangat positif dan bahkan membantu para kiai untuk mengajar untuk menghilangkan kantuk yang menerpa dengan sebatang demi sebatang rokok yang diisapnya. Pengakuan para Kiai pun  memang betul rokok dapat menghilangkan rasa ngantuk dan justru malah meningkatkan konsentrasi.

Sebetulnya, sangat jamak ditemui banyak kiai yang mengajar di pondok pesantren merokok di tengah-tengah pengajian berlangsung. Bahkan tidak jarang ada kiai yang mengaku tidak bisa fokus pengajian jika tidak merokok.

Tentu hal ini bisa sangat dibenarkan, sebab dalam rokok terdapat zat nikotin yang justru  mampu menaikkan kinerja otak. Secara otomatis, kantuk yang dirasakan akan hilang begitu saja dan justru membuat pikiran menjadi fokus dan tenang

Tradisi merokok di kalangan kiai ini juga sudah berlangsung sangat lama, bahkan ketika rokok diperdebatkan hukumnya antara haram atau tidak. Para kiai pesantren ini bukannya mengabaikan perdebatan itu, tetapi meraka sangat mengerti hukumnya, tentunya dengan banyak pertimbangan yang ada. Oleh karena itu, para kiai ini memilih memperbolehkan mengkonsumsi rokok, bukan malah mengharamkannya.

Baca Juga:  Kretek: Satu Kata Beragam Arti

Buktinya, banyak kiai yang merokok belasan hingga puluhan tahun lamanya, para kiai ini tetap baik-baik dan sehat-sehat saja. Atas dasar inilah, para kiai pesantren tidak gegabah dalam menentukan seuatu hukum, termasuk hukum mengkonsumsi rokok.

Ahmad Saeroji

Santri doyan ngerokok