Dulu, zaman film-film Suzana dan Barry Prima populer di layar tancap, ada dua permainan menarik yang mudah dijumpai di berbagai tempat terbuka, seperti di terminal, pangkalan angkot, halte bus, pasar malam, termasuk di keramaian layar tancap. Permainan itu selalu mengundang minat saya untuk mampir, baik sekadar jadi penonton, dan jika masih ada uang jajan tak segan saya terlibat ambil bagian.
Meski berulang kalah dan tak jarang menyisakan jengkel, saya terus mencoba dan ental mengapa selalu penasaran. Lagi-lagi yang terngiang hanyalah bahasa penghiburan dari pemilik permainan, “namanya juga iseng-iseng berhadiah, cil. Kalo dijajanin juga jadinya taik…”
Jika keberuntungan sedang berpihak, biasanya hadiah rokok itu segera saya uangkan. Bisa dijual ke warung langganan, atau ke bandar permainan. Itu pun tidak semua bandar mau menukarnya dengan uang, lebih seringnya cuma dikasih kesempatan melempar gratis.
Permainan yang terbilang saya sukai itu sangat sederhana. Cukup bayar tarif per lemparan. Eh, dulu sih tarifnya 500 Rupiah untuk dua kali lempar. Selanjutnya tinggal melempar gelang rotan yang diameternya 15 cm itu ke arah bungkus rokok yang diincar. Titik lemparnya ditentukan oleh pemilik permainan. Siapa gelang rotannya tepat melingkar masuk ke letak rokok, maka berhak mengantongi rokok tersebut. Berbagai merk rokok populer itu berjajar rapi di atas lembaran karpet/terpal yang sudah digambari kotak-kotak, seperti permukaan papan catur yang lebar, dan di tiap kotak ada angka tertera urut.
Saya sering kali mengincar kalau tak rokok Samsu ya Marlboro yang dua tumpuk. Biasanya itu ada di lajur bagian atas, letaknya di tengah. Dan sialnya untuk dua merk itu saya selalu apes. Tapi kalau peruntungan saya alihkan ke merk rokok yang lain, biasanya sih Djarum Super, lucunya malah berhasil. Jika sudah begitu hasrat untuk melanjutkan peruntungan semakin tinggi.
Di kesempatan lain, kalau lagi kepingin terlibat ke permainan yang lebih serius dan terkesan dewasa, ada catur tiga langkah mati. Tak perlu heran, di depan papan catur yang digelar orang di trotoar jalan biasanya sopir-sopir tembak membunuh waktunya, nongkrong dengan kening berkerut menghitung kemungkinan dari langkah yang dituntut jitu. Tiga langkah harus skak mat. Tidak tanggung-tanggung, hadiahnya tiga bungkus rokok buat yang beruntung dalam tantangan catur jalanan itu. Dari dua-tiga kali saya coba peruntungan, tak pernah saya sekali pun berhasil.
Tapi asyiknya si Om bandar, tak segan menawari rokok yang sudah dia buka kepada orang yang gagal dalam permainan. Sambil asyik ngelepus saya pelajari langkah peruntungan orang selanjutnya. Dan sekarang saya sudah tidak lagi menjumpai hiburan menyenangkan semacam itu di jalanan. Mungkin kini zaman telah menggantinya dengan bentuk lain yang lebih menyenangkan lagi.
- Kenapa Kampanye Antitembakau Tidak Mendorong Rokok Menjadi Produk Ilegal? - 25 May 2023
- Beragam Tantangan Budidaya Tembakau di Indonesia - 3 May 2023
- Komitmen PT Djarum Pada Tembakau Temanggung - 20 July 2021