Labeling dari masyarakat biasanya terbentuk akibat keadaan lingkungan dan konstruksi media. Dalam hal rokok dan perokok, apa yang dibangun oleh lingkungan dan media tadi berhasil membentuk persepsi bahwa rokok adalah barang jahat, dan perokok adalah orang jahat. Sebagai contoh, hal macam ini bisa dilihat dalam kasus konflik horizontal yang terjadi antara masyarakat yang merokok dan masyarakat yang tidak merokok.
Diskriminasi verbal dan non verbal kerap dialami perokok. Karena kesalahan satu perokok, media kemudian menjadikan semua perokok di Indonesia pesakitan. Mereka membangun persepsi seakan semua orang sama seperti oknum tersebut, padahal ya tidak. Masih ada banyak perokok santun di Indonesia.
Dulu sempat terjadi kasus pemukulan terhadap seorang satpam di stasiun. Pelakunya adalah seorang oknum perokok yang tidak terima karena dilarang merokok. Apa yang dilakukan media? Ya kemudian mengangkat berita ini tanpa ada keadilan bagi pihak perokok. Judul-judul bombastis dibuat dengan menyudutkan perokok. Yang perlu diingat adalah, apa yang perokok tersebut lakukan itu salah. Tapi kemudian, pernahkah dibahas kenapa mereka melakukan itu?
Dalam kasus stasiun, si perokok tidak menemukan ketersediaan ruang merokok meski hal ini adalah sebuah keharusan untuk melindungi para penumpang yang tidak merokok. Seandainya sejak awal disediakan ruang merokok untuk penumpang yang merokok, mungkin kejadian macam itu tak bakal terjadi. Nasi telah menjadi bubur. Pemukulan telah terjadi, citra buruk sudah tertanam.
Karena itu, untuk melawan hegemoni media dan lingkungan yang sudah terlanjur membangun persepsi bahwa rokok dan perokok adalah jahat, kita sebagai perokok harus belajar bertanggung jawab pada apa yang kita lakukan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Pertama, merokoklah di ruang yang diperbolehkan. Jangan sekali-kali merokok di ruang publik yang ada banyak orang tidak merokok, apalagi tidak ada tanda boleh merokoknya. Kalaupun tidak menemukan tanda boleh merokok, cari ruang terbuka yang agak sepi, jadi anda nggak bakal mengganggu orang lain karena asap rokok anda.
Kedua, pahami aturan tentang rokok yang berlaku di Indonesia. Untuk hal ini, anda bisa googling atau anda bisa melihat beragam artikel di situs Komunitas Kretek. Hal ini penting agar anda tidak lagi diperlakukan sewenang-wenang oleh mayoritas masyarakat yang membenci rokok.
Ketiga, anda harus sadar lingkungan. Kalaupun anda sudah ada di tempat yang memperbolehkan anda untuk merokok, tapi di sana ada anak kecil, tahan keinginan anda untuk merokok. Biar bagaimanapun, nggak boleh merokok di dekat anak kecil. Bukan apa-apa, ini cuma soal etiket kesantunan dan menghindari kesempatan anti rokok untuk menghajar anda, disamping fakta bahwa anak kecil termasuk kelompok rentan.
Dan yang terakhir, sebagai perokok yang bertanggung jawab anda harus berani bersuara. Aktivitas merokok bukanlah tindakan kriminal. Kita pun perlu mengkaji lebih dalam untuk menempatkan aktivitas merokok ke dalam kategori dosa. Ditambah dengan fakta bahwa perokok menyumbang ratusan triliun rupiah tiap tahunnya pada Negara, maka tak ada alasan bagi perokok untuk merasa malu. Perokok harus tampil dan memperjuangkan haknya.
Keempat hal tadi adalah kunci bagi para perokok Indonesia agar tidak lagi dipersepsikan negatif dalam pergaulan masyarakat. Karena itu, pahamilah dan lakukan agar anda bisa menjadi perokok yang bertanggung jawab dan disayang calon mertua. Tabik.
- Merokok Di Rumah Sakit, Bolehkah? - 27 October 2022
- Sound Of Kretek, Wujud Cinta Bottlesmoker - 4 October 2022
- Membeli Rokok Itu Pengeluaran Mubazir? - 12 September 2022