Search

Ratih Kumala, Buku, dan Kretek

Meski bukunya diberi judul Gadis Kretek, tapi isi dan gagasan dari novel garapan Ratih Kumala tersebut tidak berbicara soal kretek. Lebih dari itu, bagi saya, Gadis Kretek adalah simbol feminisme, sebuah buku yang menggambarkan kesetaraan gender. Sebagaimana memang pekerja perempuan di industri kretek melampaui anggapan zaman soal laki-laki tulang punggung perekonomian.

Selain itu, buku ini juga menggambarkan kondisi sosio-ekonomi masyarakat Indonesia dengan cukup jelas. Bagaimana posisi kretek yang tidak terpisahkan dari kehidupan rakyat, baik dari segi ekonomi maupun kultural. Kekhasan paduan tembakau dan cengkeh itu tidak akan terlepas, terutama bagi mereka yang lekat dan hidup bersama kretek.

Novel yang pertama terbit tahun 2012 tersebut bercerita tentang kisah dan masa lalu pemilik pabrik rokok nomor 1 di Indonesia, tentang hubungannya dengan Jeng Yah dan rahasia kesuksesan Kretek Jagad Raja. Terkisah dengan baik, bagaimana kretek sebagai benda yang identik dengan laki-laki, justru ‘dibisniskan’ oleh Jeng Yah dan membuatnya menjadi lebih dominan ketimbang para lelaki yang datang membeli kreteknya. Sisanya, lebih baik kalian baca sendiri novelnya.

Baca Juga:  Senandika Hewan Kurban: Hikmah Idul Adha Berbagi Kegembiraan Bagi Semua

Karena cerita yang bagus ini, Ratih Kumala masuk dalam daftar nominasi Khatulistiwa Literary Award 2012. Meski tidak menang, tapi masuk daftar 10 besar di ajang bergengsi tersebut membuat namanya naik dan semakin dikenal sebagai penulis pilih tanding di Indonesia. Sebagai salah satu penulis perempuan hebat dari Indonesia.

Hal tersebut kemudian membawanya hadir ke pentas-pentas literasi nasional. Seperti pada 2015 lalu, Ratih hadir di Frankfurt Book Fair dalam kapasitasnya sebagai penulis. Tidak hanya membawa diri, Ia juga tampil bersama Gadis Kretek dalam forum yang terselenggara di agenda tersebut. Bukan hanya dia sebagai penulis, tapi juga dengan Gadis Kretek sebagai karya hadir dan memeriahkan pameran tersebut.

Lebih dari itu, selain ikut dalam salah satu agenda pameran buku terbesar di dunia, penerbit asal Inggris MonsoonBooks UK juga mendapatkan hak untuk menerjemahkan novel ini dan menerbitkannya untuk pecinta buku Inggris. Hal ini tentu sebuah capaian yang luar biasa bagi seorang penulis. Semua karena keterlibatannya di Frankfurt Book Fair ini.

Baca Juga:  Sejarah Rokok Tahlilan, Rokok Berkah Rakyat Jelata

Tahun ini, Ratih kembali tampil dan membawa Gadis Kretek di pameran buku internasional, Beijing International Book Fair 2019. Pada forum tersebut, Ia kembali berbincang tentang Gadis Kretek dan pembuktian jika penulis perempuan mampu menghasilkan karya bagus. Selain bicara di forum, Ia juga menunjukkan kebolehannya melinting kretek di depan publik yang hadir.

Sebagai seorang pembaca, saya kagum pada kegigihan Ratih. Ia tidak hanya berjuang mengharumkan nama penulis perempuan, agar kemudian bisa disejajarkan dengan para penulis laki-laki, tetapi juga mencoba membawa harum kretek ke level internasional. Agar kemudian kretek tidak melulu dibahas dalam konteks buruk, sebagaimana kebiasaan kelompok antitembakau di dunia.

Aditia Purnomo