Suara takbir bersahutan dari pelantang masjid di malam lebaran haji, begitu menebalkan keyakinan dan rasa gembira kami. Tidaklah berlebihan, malam takbiran bagi umat islam di berbagai belahan bumi begitu khidmat dirayakan sepenuh gembira. Tanggal 10 Dzulhijah berdasar almanak hijriyah, tentu tak sebatas dimaknai sebagai lebaran haji, namun pula menjadi hari raya bagi kami hewan kurban.
Di tanggal sakral nan bersejarah bagi penerus agama Ibrahim inilah kami merasakan makna pengorbanan yang hakiki. Semua bagian tubuh kami memberi manfaat bagi banyak orang, tak hanya golongan fakir miskin, janda maupun yatim. Semua orang berhak mendapatkan kegembiraan yang sama. Bakar sate, membuat gulai, dan sup untuk disantap bersama.
Mulai dari gaging, kaki, kepala, tulang, bahkan kulit kami yang menguarkan bau khas—karena memang tak mengenal konsep mandi seperti manusia—turut pula memberi manfaat bagi masjid-masjid untuk dijadikan bedug pengantar adzan, bahkan pula dapat dijadikan media hiasan kaligrafi di tangan orang kreatif.
Baiklah, kami memang hewan sembelihan yang kapanpun dapat dinikmati menjadi berbagai menu lezat untuk manusia. Namun ketahuilah, pendahulu kami telah menjadi saksi ketakwaan Ibrahim kepada sang pencipta. Kami membawa hikmah kesaksian itu di dalam darah dan denyut nadi. Nikmatilah, sesuai yang kalian butuhkan dari kandungan gizi tubuh kami.
Di dalam kitab suci Alquran pada surat As –Saffat ayat 102-110, tergambarkan jelas serangkai riwayat pengorbanan yang sangat mengguncang batin siapapun orangtua jika dihadapkan pada peristiwa dikurbankannya Ismail sebagai pelunas janji bapaknya kepada sang Kuasa.
Di negeri yang kaya akan rempah-rempah sebagai bumbu masakan, di antaranya cengkeh, salah satu rempah penegas identitas kretek. Rokok yang menjadi teman pelipur lelah para pengasuh kami di kala bertugas menjaga kami, bahkan di kala menunggu calon pembeli di pasar ternak.
Dengan rempah-rempah yang beragam jenisnya itu daging kami dapat diolah menjadi masakan yang khas. Siapa yang tak kenal Gulai Kambing, Sup Maraq, Soto Konro, dlsb. Indonesia menjadi negeri yang dikenal dunia dengan khazanah masakannya yang khas karena rempah-rempah yang dimilikinya. Pula karena pengasuh kami yang santun menguarkan aroma cengkeh dari kepulan asap rokoknya. Tidaklah berlebihan, jika setiap hari adalah hari perayaan bagi manusia yang merdeka, pikiran serta hatinya.
Tahukah kalian para penikmat daging hewan kurban, kami tak peduli apapun agama kalian. Selama kami bermanfaat bagi kelangsungan hidup para penghuni bumi. Meski bagi orang-orang tertentu yang terancam kesehatannya akan membatasi porsi untuk menyantap daging kami. Namun percayalah, adanya nilai manfaat itu yang membuat kami turut merasakan gembira, bahwa maut yang menjemput kami dari dunia fana ini adalah jalan yang mengantar ruh kami berbahagia di kehidupan baru.
Kehidupan yang tak lagi fana, tak diriuhkan oleh berbagai kontroversi yang kerap menampakkan manusia sebagai makhluk yang gemar merayakan kebodohannya sendiri. Semoga para penerima manfaat dari hewan kurban, siapapun kalian, mendapatkan nutrisi hikmah dari daging kurban dalam memaknai perbedaan dan kegembiraan.
Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024