Kemampuan adaptif perokok kerap kali tertantang oleh berbagai persoalan regulasi rokok di Indonesia. Kesantunan yang lahir dari sikap etik pun mampu memunculkan asbak kreasi dari benda-benda di sekitarnya. Termasuk dalam menghadapi persoalan kenaikan cukai yang bikin harga rokok semakin mahal.
Mahalnya harga rokok tentu tidak serta merta membuat para perokok lantas berhenti merokok. Bahkan tidak juga membuat para perokok mati akal ataupula mati gaya. Hal ini terjadi ya karena produk kretek yang diisap berangkat dari semangat kreatif seorang Haji Djamhari memadukan tembakau dan cengkeh. Memanfaatkan konten yang telah tersedia di lingkungannya.
Nah, di masa-masa seperti sekarang, ketika harga rokok mengalami lonjakan yang luar biasa. Para perokok mau tidak mau akan bersiasat untuk tetap bisa mendapatkan kesenangan dari aktivitas merokoknya. Hal lumrah yang bakal kita temui, bahkan terjadi pada saya, di antaranya dengan beralih merokok ke golongan yang lebih murah. Misalnya kemarin menghisap Djarum Coklat jadi pindah ke kretek merek Aroma yang slim. Ataupula ke kretek Envio yang belakangan ini cukup mudah saya dapat di warung dekat hunian saya.
Selain siasat lumrah semacam itu, ada tiga siasat lain yang akan saya paparkan di sini. Siapa tahu gitu bisa mengispirasi para kretekus sekalian dalam mengakali persoalan rokok yang mahal dan bisa jadi awet deh tuh sebungkus buat diisap lagi sampai besok. Tiga siasat ini akan melatih kretekus sekalian menjadi lebih bijak dalam mengonsumsi rokok.
Pertama, mulailah memahami biasanya nih sast perokok tersugesti persoalan mulut asem, langsung deh maunya segera merokok. Nah, biasakan untuk membedakan rasa mulut asem dan rasa mulut asem banget. Siasat pertama ini kita harus bisa mengendalikan sugesti mulut asem itu. Merokoklah ketika di level mulut asem banget. Ingat ya, pas mulut asem banget, pake banget ya gaes.
Kedua, kita tentu tahu bahwa aktivitas merokok itu juga hasrus disertai dengan spirit kesantunan. Kesantunan yang dimaksud yakni adanya kesadaran akan ruang dan waktu yang tepat. Kesadaran bahwa tubuh kita juga butuh diperlakukan dengan tertib alias berimbang. Jadi, salah dua siasat yang bisa dilakukan adalah mulai mengurangi intensi merokok. Terutama saat kita tengah bekerja, ataupula sedang melakukan suatu kegiatan profesional yang di situ mengandung risiko jika kita melakukan aktivitas merokok.
Misalnya, jika kita bekerja di lingkungan berbahaya yang di sekitarnya banyak bahan kimia atau perca yang mudah tersambar percikan api. Sebaiknya jangan paksakan diri saat tengah bekerja di lingkungan seperti itu. Bisa dilakukan nanti di waktu dan tempat yang tepat. Iya setidaknya ditunda dulu. Jika siasat ini mampu diterapkan dengan baik, dijamin deh bikin awet rokok.
Ketiga, bagian ini siasat yang menuntut kreativitas kita dalam melinting tembakau. Pada bagian siasat ini, selain harus memiliki keterampilan melinting. Kita juga harus selalu membawa perisapan kertas linting. Cukup relevan bagi perokok yang biasa membeli rokok Djarum 76 atau Dji Sam Soe. Caranya sederhana saja, bongkar beberapa batang rokok lalu satukan. Selanjutnya lintinglah isi rokok yang sudah dibongkar itu sesuai ukuran yang pas. Artinya, jika satu batang Djarum 76 bisa dilinting menjadi dua linting. Paling tidak dalam sebungkus yang isinya 12 batang, kita jadi punya 24 linting. Siasat ini berlaku bagi perokok yang belum bisa pindah bertingwe ria ke tembakau tingwe.
Bagi saya tiga siasat di atas cukup bisa bikin awet rokok yang kita miliki. Paling tidak mampu memberi interval waktu untuk kita membeli rokok. Siasat ini hanya ampuh jika dilandasi itikad merokok secara santun dan proporsional. Tiga siasat ini cukup masuk akal kok. Sekadar saran, jika siasat ini dilakukan jangan sampai juga bikin kita jadi pelit menaruh bungkus rokok di meja pergaulan. Alih-alih ingin berhemat nanti malah dicap perokok merki bin pelit lagi. Jangan jadi gitu juga ya, gaes. Bikin seret rejeki loh kalau gitu. Hehe…
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024