Press ESC to close

Tembakau Mole Merah dan Putih Khas Tanah Pasundan

Tembakau Indonesia sungguh kaya dengan beragam variannya. Bahkan jika kita telisik sesuatu yang khas dari masing tembakau, memiliki citarasa yang berbeda-beda. Di Jawa Barat misalnya, ada varian tembakau yang juga cukup dikenal sejak lama. Tembakau khas yang dikenal dari Jawa Barat adalah tembakau Mole.

Jika punya waktu melancong ke daerah penghasil tembakau di Sumedang, mampirlah ke Kecamatan Tomo. Niscaya kalau kita membahas tembakau di warung kopi di daerah Jawa Barat pada umumnya, tembakau Mole pastilah yang disebut. Tembakau Mole sendiri terbagi dua jenis, ada yang disebut mole putih dan ada yang disebut mole merah. Selain dibedakan dengan istilah merah dan putih, tembakau yang sama-sama jenis virginia ini memiliki cita rasa yang sangat mencolok, aromanya tajam tapi halus.

Pada tembakau mole merah, impresi yang segera kita dapat adalah sensasi nicotine kick-nya. Orang-orang sunda menyebutnya dengan istilah bangeut. Yakni rasa nikotin yang terasa sangat tajam di tenggorokan.

Disarankan bagi yang baru coba-coba melakoni tingwe (linting dhewe), apalagi jenis mole merah, isapan pertama jangan dilakukan terlalu dalam. Bisa dipastikan Anda akan batuk-batuk kalau terlalu dalam . Untuk mengatasi batuk semacam itu, cukup dengan meminum air putih. Pulih sudah. Mengalami batuk selepas isapan pertama-kedua itu hal lumrah. Apalagi itu jenis tembakau yang kadar nikotinnya cukup kuat. Faktor kematangan dari proses penjemuran juga sangat menentukan citarasa nikotin pada tembakau.

Baca Juga:  Tiga Penemuan yang Berasal dari Puntung Rokok

Lain halnya dengan tembakau mole putih, sensasi nicotine kick-nya tak seberapa dahsyat. Artinya tidak terlampau keras. Dari segi warna relatif pucat, tak seberapa pekat dibandingkan dengan mole merah. Secara tekstur sama saja, karena sama-sama dirajang halus. Cocok buat penikmat tingwe.

Mole putih hanya dijemur selama sehari setelah panen. Berbeda dengan mole merah yang bisa mencapai tujuh hari dijemur. Tak heran jika warnanya menjadi kemerahan, ada pula yang sampai kehitaman, biasanya disebut mole hitam. Sentra tembakau mole merah dan mole hitam berada di Kecamatan Pamulihan, Rancakalong, dan Tanjungsari. Selain Kabupaten Sumedang, sentra tembakau lainnya adalah Garut dan Majalengka.

Pola tanam tembakau di Sumedang biasanya dilakukan pasca panen padi. Jika sudah masuk musim tanam tembakau, sawah para petani berubah menjadi lahan tembakau. Bagi petani di Kabupaten Sumedang, menanam tembakau diakui lebih menguntungkan. Sebagai gambaran, untuk luasan 0,6 hektar sawah hanya menghasilkan 14 kuintal padi, setara Rp 4,2 juta. Biaya produksi bisa mencapai Rp 3,5 juta. Jadi keuntungannya hanya Rp 700,000 per 4 bulan masa tanam.

Baca Juga:  3 Rekomendasi Rokok untuk Sopir Truk, Biar Lebih Kuat Mengarungi Indonesia

Tembakau Mole memang istimewa. Bagi petaninya terkenal pameo, “bako mah hirup sapoe, paeh sapoe”. Artinya tembakau itu hidp sehari mati sehari. Maksudnya, kualitas mole bergantung pada penjemuran pertama setelah panen. Satu hal yang menarik, umumnya para petani Bila penjemuran mendapatkan sinar matahari cukup sehingga daun kkering sempurna, kualitas tembakau masuk kelas satu. Namun sebaliknya, jika penjemuran terhalang cuaca mendung, tentu saja itu memberi dampak yang kurang menguntungkan. Daun masih terasa lembab dan kualitas mole dinilai rendah. Mutu sangat berdampak kepada harga jual.

Bagi kretekus sekalian ataupula para penikmat tembakau yang belum pernah menjajaki citarasa tembakau mole, boleh dibilang petualanganya belum jauh.  Maka itu tidak ada salahnya jika kretekus sekalian mengisi agenda plesiran di akhir pekan dengan menjajaki citarasa tembakau mole. Pastikan membelinya di sentra penghasilnya. Selain lebih murah harganya, dari sisi kualitas juga tak bakal mengecewakan.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah