Press ESC to close

Petani Tembakau Selopuro Tetap Optimis Hidup dari Tembakau

Tembakau yang berjuluk emas hijau di Indonesia memiliki karakter yang khas dan berbeda-beda. Seperti halnya tembakau Selopuro. Tembakau ini pada kurun tahun 1960-1970-an mendapatkan masa kejayaannya. Kala itu varietas tembakau lokal dari daerah Blitar ini dikenal dengan kadar nikotin yang tinggi. Memang hampir rata-rata secara karakter, kadar nikotin tembakau lokal dikenal tinggi nikotin. Sebagian kalangan mengklasifikasikannya di golongan nicotine kick. Iya lantaran rasanya yang nyegrak, tenggorokan serasa ditendang oleh kadar nikotinnya yang memang di atas rata-rata.

Karakter semacam itu juga dimiliki oleh tembakau Kemloko dari Temanggung, tembakau Wonosobo, Boyolali, tembakau Weleri pun demikian. Kadar tinggi nikotin ini memang sudah menjadi ciri yang sangat dikenal di kalangan penikmat tembakau. Kalangan penikmat tembakau lokal yang tinggi nikotin itu, termasuk tembakau Selopuro, kini tidak terlalu semeriah dulu. Lantaran selera pasar sudah berubah. Ditengarai sejak munculnya agenda perang nikotin yang dimainkan melalui isu kesehatan. Sehingga memunculkan skema low tar low nicotine. Namun bagi kalangan yang gemar tingwe, tembakau Selopuro terbilang banyak diminati.

Berubahnya selera pasar

Seturut berubahnya selera pasar, pihak pabrikan tidak terlalu membutuhkan banyak tembakau dengan kadar nikotin tinggi. Di kalangan pencangklong misalnya, mereka lebih menyukai tembakau yang aromatik. Kalangan yang menikmati tembakau menggunakan pipa cangklong, memang memiliki perbedaan selera dengan kalangan yang biasa mengonsumsi tembakau dengan cara tingwe. Sekali lagi, perbedaan itu muncul lantaran masing-masing kalangan memiliki kepercayaan yang berbeda soal cita rasa serta soal habituasinya juga.

Baca Juga:  3 Merek Rokok Mahal 2023, Bikin Kantong Bolong?

Tak dipungkiri, menurunnya kualitas tembakau Selopuro yang dikenal nyegrak dan memiliki daya tahan penyimpanan sampai 5 tahunan, kini sudah tidak murni seperti masa-masa jayanya dulu. Ini diakui oleh petani Selopuro lantaran ada saja cara-cara tidak wajar yang dilakukan oknum petani yang ingin meningkatkan harga jual tembakaunya. Boleh dibilang, cara-cara tidak wajar itu memang bukan lagi hal baru. Beberapa pabrikan cukup selektif untuk menerima tembakau yang diakali dengan cara tidak wajar itu. Bukan apa-apa, biasanya tembakau yang diakali agar memenuhi standar grade yang mahal, tidak akan mampu bertahan lama di gudang penyimpanan. Belum ada satu tahun sudah apak dan menyerpih alias rontok.

Tembakau Selopuro dan Kisahnya

Itulah salah satu alasan yang mungkin membuat tembakau Selopuro tidak terlalu diminati lagi oleh pabrikan. Dalam menyikapi kondisi yang tak menentu itu, dinas pertanian Pemkab Blitar tengah berupaya  memurnikan kembali varietas tembakau  Selopuro, agar kembali mendapatkan tempat yang cukup bersaing di pasar. Upaya itu juga dibarengi dengan membantu membuka akses pasar. Agar tembakau Selopuro tidak sekadar diminati kalangan penggemar tingwe, tetapi juga dapat terserap secara optimal untuk memenuhi kebutuhan industri rokok.

Baca Juga:  Pembangunan dari Uang Tembakau

Selama ini tembakau Selopuro terbilang kalah pamor dibanding dengan tembakau Temanggung, Madura dan Lombok. Sebagai catatan tambahan, di sejumlah daerah telah berlaku sistem kemitraan antara petani dan pabrikan. Sehingga misalnya dalam konteks kebutuhan pupuk bagi petani yang memenuhi standar, dapat terbantukan oleh adanya sistem kemitraan itu.

Sebagai konsumen, tentu kita turut senang jika seluruh tembakau varietas lokal di Indonesia dapat terserap pasar secara optimal. Pastinya kondisi itu akan memberi keuntungan bagi petani. Sayangnya, seperti kita ketahui juga, persoalan regulasi cukai yang membuat naiknya tarif cukai membuat banyak pabrikan harus membatasi kuota produksi. Hal itu pula, di antaranya yang mempengaruhi menurunnya permintaan tembakau dari petani. Tentu kita harus optimis, ada masanya nanti tembakau lokal seperti tembakau Selopuro akan mendapatkan masa kejayaannya lagi. Seluruh petani tembakau di Blitar akan dapat merasakan keuntungan yang menggembirakan berkat kerja kerasnya bersetia hidup bersama tembakau Selopuro.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah