Press ESC to close

Gobang, Alat Merajang Tembakau yang Dianggap Klasik

Gobang sebagai alat potong untuk merajang tembakau sudah dikenal dan digunakan petani tembakau sejak masa silam. Alat potong ini merupakan generasi pertama dari perkembangan alat rajang pada fase selanjutnya. Bentuknya secara umum seperti golok, hanya bedanya memiliki bilah lebih besar.

Di kehidupan petani tembakau, gobang mengambil peran penting yang cukup disakralkan. Tak heran jika tiap tahun kerap kali berlangsung ritus memandikan gobang. Tradisi ini dikenal sebagai Jamasan Srobong Gobang.

Gobang di beberapa daerah lain disebut juga cacak atau pisau cacak. Menurut mitos yang diyakini sebagian besar petani tembakau, kualitas rajangan yang bagus ditentukan oleh gobang yang dipergunakan. Untuk itu terdapat perlakuan istimewa (pensakralan) terhadap alat produksi yang satu ini.

Pada masyarakat agraris budaya penghormatan terhadap alat produksi telah menjadi bagian dari keyakinan. Di Bali misalnya, terdapat sistem penanggalan serta perhitungan waktu yang diyakini secara khusus untuk memandikan serta mengistirahatkan perkakas tani, perkakas dapur, serta perkakas lain yang menunjang aktivitas sehari-hari.

Baca Juga:  Berhenti Merokok Demi Mencegah Penularan Virus

Tentu bukan tanpa alasan kenapa terdapat upaya pemuliaan terhadap alat produksi dan perangkat penunjang aktivitas sehari-hari. Selain soal keyakinan adanya ruh leluhur yang menempati benda-benda vital tersebut. Yakni soal pentingnya merawat keampuhan material perkakas itu.

Seiring perjalanan waktu, penggunaan alat potong untuk merajang tembakau ini mengalami perubahan.  Perkakas tajam itu kemudian dibuatkan jongkonya (dudukan). Biasanya disebut jongkorajang.  Di Temanggung, di daerah Lamuk Temanggung masih ada perajin jongkorajang ini.

Berdasar penuturan Pak Gito, seorang petani tembakau di Desa Tlilir, untuk pemesanan bilah gobang yang bagus biasanya harus ke daerah luar Temanggung. Kalaupun mau beli yang sudah jadi tentu ada di pasar-pasar tradisional di kota Temanggung. Konon kualitasnya berbeda dibanding jika memesan langsung ke perajinnya.

Alat potong berupa gobang di masa modern ini sudah dinilai sebagai sesuatu yang klasik. Untuk tidak menyebutnya kuno. Pandangan ini terjadi seiring munculnya penggunaan mesin rajang modern. Proses perajangan menggunakan mesin diakui lebih cepat. Sebagian besar petani tembakau sudah menggunakan mesin rajang.

Baca Juga:  Ratih Kumala, Buku, dan Kretek

Namun di lain sisi, ada sebagian petani meyakini nilai klasik yang berkaitan dengan kualitas rajangan. Hasil rajangan mesin dipandang tidak sebagus tembakau yang dirajang secara manual menggunakan gobang. Sekali lagi ini semua tentu berpulang pada kepercayaan dan budaya yang berlaku di masyarakat.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah