Press ESC to close

Kandungan Rokok Khas Indonesia Pasti Ada Rempahnya

Berkembangnya produk tembakau dari zaman ke zaman kerap kali dibarengi dengan beragam kontroversi. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya pula paradigma kesehatan modern yang menyoroti hal-hal menyangkut kandungan rokok.

Rokok menjadi produk konsumsi yang tak sepi dari pergunjingan masyarakat dunia. Apalagi sejak adanya agenda global dalam konteks pengendalian produk tembakau. Berbagai media membingkai isu rokok dan kesehatan saling berkait.

Dari berbagai informasi yang dilansir ke publik terkait isu rokok, media arus utama tak pernah luput mengait-ngaitkan rokok dengan persoalan penyakit mengerikan. Bahkan di masa pandemi, rokok dituding sebagai salah satu media penularan yang harus diwaspadai oleh publik.

Narasi tentang tembakau sebagai bahan baku utama oleh banyak kalangan diposisikan sebagai golongan vegetasi yang menakutkan. Ini lantaran zat nikotin pada tembakau yang dinilai menyebabkan kecanduan dan hal-hal yang merugikan kesehatan. Padahal tidak melulu begitu.

Bahkan terkait produk kretek yang merupakan produk kearifan lokal, telah menjadi sorotan serius bagi para pengusung agenda pengendalian tembakau global. Fakta bahwa unsur rempah-rempah yang terdapat pada kretek kerap dipandang sebelah mata.

Baca Juga:  THR Industri Rokok Asing dan Industri Nasional

Meski telah banyak literatur yang menyebutkan, bahwa zat-zat yang dikandung pada rempah-rempah memiliki manfaat bagi kesehatan. Namun, fakta terkait manfaat tersebut seakan menjadi tak berarti ketika unsur rempah berpadu dengan tembakau sebagai rokok.

Untuk itu, melalui tulisan ini saya angkat kembali apa saja yang diketahui sebagai kandungan rokok. Lebih khusus unsur bumbu-bumbu yang lazim menjadi pendukung citarasa pada produk kretek.

Dalam Ensiklopedia Kretek disebutkan adanya penggunaan wur yang lazim sebagai campuran rokok yang khas di masyarakat tradisional. Wur (bumbu rokok) ini umumnya terdiri dari klembak, kemenyan, cengkeh, kemukus, dupa, kayu manis, pala, adas, palasan, cendana, klabet, kapulaga, dan jinten.

Sejak babak pertama industri kretek yang dipelopori Nitisemito, penggunaan unsur-unsur rempah itu menjadi penegas citarasa produknya. Sehingga mencipta pasar yang terus berkembang, tidak hanya di Pulau Jawa sebagai basis industrinya.

Seturut perkembangan zaman, industri rokok dalam negeri melanjutkan upaya serupa dalam hal penggunaan rempah. Kandungan rokok yang menggunakan unsur rempah ini masing-masing pabrikan memiliki resep yang berbeda-beda.

Baca Juga:  Dari Kebangkitan Rokok Hingga Kebangkitan Ulama

Kemudian di masa sekarang, di tengah kondisi pasar yang semakin riuh. Sejumlah perusahaan rokok besar  asing merilis produk termutakhirnya dengan menggunakan penguat citarasa dari rempah. Istilah yang biasa digunakan adalah plavor.

Tak dipungkiri memang, masyarakat kita umumnya menyukai golongan rokok yang aromatik. Untuk itulah, jenis tembakau sayur yang cenderung aromatik kerap dibutuhkan industri. Terlebih lagi unsur rempah-rempah, baik itu cengkeh, adas, kapulaga dan lainnya lagi.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah