Press ESC to close

Obrolan Rokok Deddy Corbuzier dan Karni Ilyas

Selalu saja menarik konten-konten obrolan yang disuguhkan oleh Deddy Corbuzier dari waktu ke waktu. Belakangan salah satu yang tak kalah menarik, obrolan santainya Deddy dengan Pak Karni Ilyas. Di situ rokok Deddy Corbuzier terlihat jelas, iya sejak dulu dia dikenal mengisap LA Black sih.

Nah, tendemnya yang merupakan sosok sepuh di jagat jurnalistik, yang populer dengan acara ILC-nya itu tampak santai dengan sebungkus rokok Gudang Garam International di mejanya.

Pada menit-menit pembuka, kalau kita cermati terdapat etika komunikasi yang diulungkan Deddy Corbuzier. Yakni dengan bahasa, “kita merokok dulu apa, Bang.” Seraya itu disusul dengan timpalan “Sip!” dari Pak Karni kemudian, disusul Pak Karni mencabut rokok.

Dari Pak Karni terlontar ujaran renyah tentang kehidupan perokok yang bunyinya begini, “kalau di kampung saya harus merokok, kalau tidak, nggak brother kita.” Seraya disertai derai tawa keduanya.

Sepanjang obrolan kita dapat melihat keakraban keduanya, layaknya seorang keponakan dengan pamannya, eh salah ya. Layaknya bapak dengan anaknya, duh. Hehe.

Baca Juga:  Menasbihkan Rokok LA ICE Sebagai Jagoan Rokok Dingin

Sesaat saya membayangkan, kalau saja para elit pemerintah bisa berlaku seperti itu dengan orang muda. Dapat berkarib-karib santai layaknya obrolan Deddy Corbuzier dengan Pak Karnis, terlepas beda usia maupun beda merek rokoknya. Rasanya, Indonesia akan terasa rileks tanpa harus bertegang-tegang ria mengunggulkan ego.

Btw, mungkin pada beberapa kesempatan kita tak jarang melihat Deddy Corbuzier mengisap vape. Entah atas lasan apa dia merngisap vape, iya konsumen produk tembakau punya pilihan bebas yang sesuai dengan seleranya.

Namun pada kesempatan ngobrol santai dengan Pak Karni, rokok Deddy Corbuzier bukan rokok elektrik ya, kenapa ya, apakah ini salah satu bagian dari etika komunikasi, semacam penghormatan terhadap sosok di hadapannya.

Tahu sendirilah ya, kalau mau dinalar secara bebas, rokok konvensional ini kan secara kultur produk budaya tua. Sementara rokok elektrik kan masuk golongan produk kekinian. Untuk menampakkan kesetaraan, artinya agar tidak ada kesenjangan yang terlalu mencolok, iya rokoknya harus rokok konvensional dong.

Bayangkan kalau Deddy mengisap vape di hadapan Pak Karni, bukan tidak mungkin Pak Karni akan menyindirnya dengan candaan yang khas. Saya bayangkan bakal terlontar begini bunyinya, “Anda mau terlihat lebih sehat ya mengisap itu?” Hahahaha.

Baca Juga:  Review Rokok Neslite, Banyak Banget Variannya!
Indi Hikami

Indi Hikami

TInggal di pinggiran Jakarta