Rokok elektrik atau yang dikenal vape salah satu produk berbasis nikotin yang disukai sebagian perokok. Vape digadang-gadang sebagai pengentas kecanduan pada rokok. Vape dikampanyekakan lebih aman dikonsumsi dibanding rokok konvensional.
Stigma bahwa rokok lebih berbahaya dari vape, menjadi narasi yang kerap dikampanyekan para vapers garis keras. Meski, sejatinya publik tahu, bahwa tak ada produk konsumsi yang tak memiliki faktor risiko. Bisnis berbasis nikotin ini kerap memanfaatkan isu kesehatan untuk menjaring pasarnya.
Tidak sedikit masyarakat yang ingin menemukan ‘kebaruan’ dalam kesehariannya. Di antaranya dalam mendapatkan efek rileks dari mengonsumsi nikotin tanpa harus dirisaukan hal-hal yang biasa ditemukan dari rokok.
Kehadiran vape seakan-akan menjawab semua keinginan mereka. Lalu, sebetulnya apa saja sih yang bikin orang tertarik mengonsumsi vape? Kami rangkum beberapa alasannya di sini.
Pertama, gencarnya kampanye kesehatan yang kerap mendiskreditkan rokok, menjadi celah bagi bisnis rokok elektrik dengan mengklaim produk tersebut lebih aman dibanding rokok konvensional. Adanya istilah perokok aktif dan perokok pasif menjadi peluang bagi vape memanfaatkan dikotomi itu di masyarakat.
Kedua, jejak aroma rokok khas Indonesia dituding menyisakan bau yang tak sedap di badan. Oleh sebab itu vape hadir dengan beragam varian aroma yang membuat banyak orang suka. Aroma-aroma yang terkesan modern dan disebut-sebut tidak berbahaya bagi sekitarnya. Baunya cenderung disukai orang muda.
Kampanye perokok ketiga (thirdhand smoker) yang dimainkan melalui kampanye kesehatan, memberi celah untuk produk lain berbasis nikotin ini memainkan jurus marketing-nya. Produk vape disanding-sandingkan dengan rokok yang selama ini terus dicap negatif.
Ketiga, secara tampilan, bentuk vape berupa pod tersedia beragam ukuran dan kreasi. Hal ini terkesan memberi pilihan trendy dan praktis–meski gak praktis-praktis amat juga. Disusul kemudian dengan banyak bermunculannya vape store. Sehingga konsumen merasa mendapatkan kemudahan mengkases liquid.
Keempat, vape dipandang sebagai produk budaya baru yang memberi kesan ekslusif bagi sebagian orang. Tidak sedikit para perokok yang termakan kampanye kesehatan, terdorong untuk berhenti merokok. Kampanye yang menyebut rokok elektrik menjadi medium terapi berhenti merokok, membuat sebagian perokok tertarik.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024