Press ESC to close

Mengenal Lebih Dekat Tembakau Lauk

Tembakau lauk tidak bisa dinihilkan pada komposisi sebatang kretek. Ini sudah menjadi semacam syarat tetap terciptanya sebatang kretek yang nikmat. Diksi “lauk” sendiri hanyalah istilah yang diserap dari menu pokok makan kita. Ini bahasa yang lazim pada keseharian masyarakat.

Sebagai catatan, berdasar penggolongan yang dibutuhkan industri rokok, ada tiga komponen tembakau yang wajib ada pada sebatang rokok, kretek terutama. Tiga komponen itu adalah tembakau nasi, tembakau lauk, dan  tembakau sayur.

Dari ketiga komponen tersebut, tembakau lauk berada pada pucuk piramida kebutuhan industri. Harganya lebih tinggi dari harga dua komponen di luar lauk. Disebut lauk lantaran tembakau ini berfungsi sebagai campuran, penguat rasa. Memiliki kadar nikotin yang tinggi (nicotine kick) dibanding tembakau nasi dan sayur.

Pada sebatang kretek yang kita isap, unsur lauk ini komposisinya tidak banyak. Kebanyakan tembakau lauk tidak berarti membuat rasa rokok menjadi nikmat. Semua harus pas sesuai resep yang dicipta pabrikan.

Tembakau Srinthil masuk kategori tembakau lauk. Jenis tembakau ini memang ajaib, lantaran tidak bisa dipastikan kemunculannya, namun bisa diprediksi berdasar tanda-tanda yang muncul pada proses pasca panen. Sampai saat ini belum ada peneliti yang bisa menemukan cara untuk membudidayakannya.

Baca Juga:  Orang Merokok Biasanya Kurus, Benarkah?

Kemunculan Srinthil dideteksi ada sejenis jamur yang tumbuh saat emas hijau asal Temanggung ini belum dirajang ketika masih dalam masa peram. Jamur inilah yang membuat kualitas tembakau menjadi bagus. Kualitas Srinthil baru akan muncul setelah daun tembakau dimatangkan (peram) selama tiga hari.

Penampakan jamur akan kekuningan, biasanya saat tembakau pada kondisi ini, petani menyimpannya kembali selama 7 hingga 8 malam sebelum tiba waktunya dirajang. Ciri-ciri disebut sudah Srinthil, yakni berwarna coklat gelap, lembab, berbau harum dan kadar nikotinnya tinggi. Biasanya didapat pada akhir masa panen.

Untuk mengetahui itu bakal jadi tembakau lauk, dapat dicirikan ketika daun tembakau berada dipucuk pohon (masa petik terakhir), berbentuk melengkung hampir keriting, dan biasanya susah dirajang.

Ada faktor media tanah pula yang mempengaruhi kemunculan tembakau untuk lauk pada kretek. Biasanya dari jenis tanah lincat yang teksturnya menyerupai tanah liat. Jenis tanah ini kerap menghasilkan Srinthil kualitas bagus.

Tingkat pemeliharaannya memang lebih repot daripada memelihara binatang hidup seperti sapi, kambing, dan ayam. Tidak boleh banyak air, tidak bisa kurang air juga, tetapi setiap hari harus minum air.

Baca Juga:  Ini yang Menyebabkan Buruh dan Rokok Hidup Berdampingan

Tanahnya harus menyerap air, karena itu lapisan pasir di bawah tanah humus itu harus bisa menjadi drainase alami yang baik. Tak ayal, hampir setiap hari dari Februari sampai September harus rajin ditengok.

Masyarakat Lamuk, Temanggung, mengandalkan peran kabut atau “pedut” untuk memayungi tanaman agar tidak langsung terbakar sinar matahari. Kabut juga berperan pada saat proses pasca panen. Saat pengembunan, elemen alamiah ini sangat membantu betul kemunculan Srinthil yang paten.

Haiya, kenapa bisa disebut Srinthil? Ini hanyalah istilah khas orang Jawa, lantaran melihat bentuknya yang mringkil-mringkil, berupa partikel kecil-kecil tak beraturan, pula lembab berwarna hitam. Itulah yang disebut tembakau lauk, komponen campuran untuk penguat rasa nikmat pada sebatang kretek.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah