Press ESC to close

Perokok Berat dan Kontroversi Seputarnya

Asbak penuh dengan puntung dan abu, bungkus rokok yang bertumpukan, serta gelas yang terisi sedikit kopi sisa. Anda pasti tak pernah asing dengan pemandangan tersebut. Sekilas akan terbayangkan bahwa di sana juga ada seorang perokok berat, dengan mata merah kurang tidur dan wajah yang layu.

Tapi itu hanya sebagian dari perilaku para perokok yang memang patut kita sadari ada yang belum bisa untuk tertib menjaga kebersihan. Tapi belum tentu juga perilaku yang tak baik tersebut selamanya dilekatkan pada para perokok berat.

Sebenarnya saya masih mencoba untuk memahami makna dari kata perokok berat. Apakah mereka adalah orang-orang yang benar-benar tak bisa terhindarkan dari rokok? Apakah juga mereka punya intensitas menghisap rokok dalam jumlah yang tak wajar? Atau mereka sebenarnya orang yang doyan menghisap rokok-rokok berat.

Ya rokok-rokok berat itu maksudnya adalah kretek tanpa filter atau cerutu. Bentuk dan diameternya saja lebih besar ketimbang rokok lainnya ya wajar saja kalau tarikannya juga terasa lebih berat.

Baca Juga:  Rokok Kretek dan Kebangkitan Nasional

Tapi rasa-rasanya istilah perokok berat yang beredar digunakan oleh masyarakat ini nampaknya merujuk pada seseorang yang punya intensitas merokok yang tinggi. Biasanya mereka juga punya kebiasaan membeli rokok lebih dari satu bungkus perharinya.

Tak masalah sih asal selama membeli rokok dengan uang yang halal. Mau beli rokok apapun sebenarnya sah-sah saja, wong itu duit-duit dia kok. Tak patut juga untuk kita melabeli perokok berat sebagai seseorang yang negatif. Toh barangkali ia justru produktif dan menghasilkan karya-karya yang luar biasa.

Pramoedya Ananta Toer, misalnya, ia dilabeli sebagai seseorang perokok berat. Berbatang-batang rokok Djarum Super bisa ia habiskan apalagi saat membuat sebuah karya. Fisiknya pun tetap terlihat prima hingga usia senjanya, walau kini telah berpulang keharibaan.

Tak perlu kita melabeli perokok berat dengan hal yang negatif. Tapi tetap disadari bahwa menjadi produktif pun adalah hal yang tak gampang.

Justru yang jadi masalah itu ketika intensitas merokok tinggi namun tak dibarengi dengan pola hidup sehat. Tidak berolahraga, makan yang bergizi dan tepat waktu, jarang minum air putih. Apalagi kalau sudah sampai tak produktif pula, ini yang kemudian jadi masalah.

Baca Juga:  3 Rekomendasi Rokok untuk Sopir Truk, Biar Lebih Kuat Mengarungi Indonesia

Mau jadi perokok dengan intensitas yang tinggi atau biasa-biasa saja itu pilihan anda. Setidaknya anda bisa menyesuaikan intensitas merokok Anda dengan jadwal, kondisi tubuh, dan kondisi ekonomi yang ada. Bisa?

Indi Hikami

Indi Hikami

TInggal di pinggiran Jakarta