Press ESC to close

Mengenal Bahan Baku Rokok; Tentang Cengkeh di Indonesia

Cengkeh adalah salah satu rempah endemik. Cengkeh juga menjadi salah satu rempah untuk bahan baku rokok di Indonesia. Sejarah cengkeh yang semula dikenal sebagai bumbu dan pengawet makanan, di Indonesia menjadi bagian dari kebutuhan industri rokok, terutama kretek.

Secara moderat, persentase bahan baku rokok kretek terdiri dari 60 sampai 80 persen tembakau dan 20 sampai 40 persen unsur cengkeh. Tentu persentase ini akan berbeda-beda seturut golongan rokoknya. Untuk diketahui lagi, produk kretek itu terdiri dari dua golongan utama, yakni Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).

Berdasar angka permintaan, cengkeh untuk kebutuhan industri rokok terserap mencapai 80 hingga 90 persen, sisanya untuk industri lainnya. Sebagai bagian dari bahan baku produk kretek, cengkeh telah memberi manfaat ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat.

Pada tahun ‘80-an komoditas ini sempat mengalami masa tragis akibat permainan BPPC. Namun kemudian kembali berjaya lagi dan menemukan konteksnya berkat adanya industri kretek di Indonesia, industri yang paling kontributif dalam hal cukai.

Baca Juga:  Selintas Kisah, Beluntas dan Pendiri Gudang Garam

Cengkeh yang ada di Indonesia sebagian besar dihasilkan dari daerah Indonesia timur. Kepulauan Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah nomor wahid, Maluku menjadi sentrum dari sejarah jalur rempah di Nusantara. Cengkeh untuk industri rokok juga banyak yang berasal dari Sulawesi, Aceh, Bali, dan Pulau Jawa tentunya.

Sejarah penggunaan cengkeh pada rokok, bermula dari gagasan Haji Djamhari untuk mengobati gangguan asma yang dialaminya. Cara yang dipilih adalah dengan mencampurkan cengkeh pada gulungan tembakau, sehingga kemudian dikenal dengan sebutan kretek, lantaran bunyi cengkeh yang terbakar demikian kumretek.

Sebagai sebuah komoditas perkebunan, ada beberapa jenis cengkeh yang diketahui masayarakat, setidaknya terdapat 3 jenis, yakni jenis cengkeh Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Ketiga jenis inilah yang lazim dibudidayakan di bumi Nusantara.

Cengkeh tergolong tanaman tropis yang hasilnya sangat bisa dirasakan setelah ia berumur 4-5 tahun. Komoditas ini dimanfaatkan untuk bahan penguat rasa dan aroma pada masakan maupun minuman, industri farmasi, kosmetik dan obat herbal. Di Indonesia, serapan terbesar cengkeh adalah untuk produksi kretek.

Baca Juga:  Mengulik Sejarah Larangan Kasbon di Etalase Rokok

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah