Gugatan hukum yang dilayangkan Gudang Garam kepada Gudang Baru kembali mengemuka. Perusahan rokok besar yang sempat di big cap bursa saham ini menggugat perihal penggunaan merek dagang dan gambar yang menyerupai di bungkus rokok asal Malang itu.
Sebagian besar perokok tentu sudah mafhum dengan beredarnya produk rokok yang sekilas memiliki kesamaan. Lebih dari belasan jumlahnya. Artinya, tidak ada yang mengejutkan lagi dari situ. Dua merek besar lain, semisal MLD Bold serta Dunhill, itu merek-merek yang belakangan banyak ditiru. Tampaknya well done aja.
Seperti sudah menjadi keniscayaan pasar, merek besar akan diduplikasi dan membanjiri pasaran. Fenomena ini tidak hanya terjadi di bisnis rokok. Meski begitu, pada polemik ini pihak GG meminta pengadilan kepada Kemenkumham untuk mencoret semua daftar merek dagang Gudang Baru. Terkesan ngeri sekali, ya.
Faktanya, meski produk tiruan banyak beredar, konsumen juga bukan berarti bodoh. Perokok di negeri ini paham bedanya, mana itu rokok Dunhill mana itu rokok Dalill, walaupun secara kemasan cukup mengecoh penglihatan. Bahkan secara pelafalan mereknya kok ya nyaris.
Mungkin wajar jika perusahan sebesar Gudang Garam merasa terganggu eksistensinya. Apalagi ini merek GG sudah eksis jauh lebih dulu. Berbeda jarak dengan GB–kita singkat saja begitu, produk SKM-nya baru dikenal di pasaran pada tahun 1995.
Sejatinya, merek dagang Gudang Baru bukanlah merek abal-abal. Secara hukum, merek dagangnya terdaftar, bukan produk ilegal. Jika produk ini dituduh membuat merek dagang dengan itikad tidak baik, iya tentu itu tafsir sepihak saja.
Sedikit menyesalkan juga sih, perusahaan besar sekelas Gudang Garam gitu loh, masih merepotkan perihal yang sebetulnya tak perlu dibesar-besarkan juga. Padahal sudah jelas kok masing-masing merek dagang itu terdapat perbedaannya, konsumen juga tahu mana yang layak mereka beli sesuai selera dan keinginannya masing-masing.
Kalau polemik ini terus dibikin panas, iya sangat potensial justru bikin nama besar GG terlihat arogan. Bukan mustahil, ini nantinya yang bakal bikin brand awareness produk-produk GG jadi turun.
Yaa, ini sih anabel alias analisis gembel saya sebagai perokok plural. Kalau yang ada rokok GG, ya ngisep GG, kalau yang ada rokok GB, ya boleh juga. Pastinya, kalau soal rasa itu sama dengan rejeki, gak akan ketuker, Bos.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024