Search

THR Bagi Buruh Pabrik Rokok

Tidaklah berlebihan jika seorang buruh pabrik rokok seperti Sri Martini begitu sumringah menerima jatah Tunjangan Hari Raya (THR) lebih awal. Rasa syukurnya kepada Sang Pencipta tersampaikan dengan segenap hati yang girang.

“Alhamdulillah saya juga bisa lebih cepat kirim uang ke orangtua saya di luar kota karena tidak boleh mudik,” ungkap Sri Martini dilansir dari kompas.com. Sebagai buruh pabrik di PT Djarum, Kudus, menerima uang THR yang dicairkan lebih awal tentulah menjadi nilai yang sangat berarti.

Sebagaimana yang kita ketahui, pada kondisi pandemi sekarang ini, masyarakat luas menanggung dampak krisis yang luar biasa. Mulai dari berbagai bentuk pembatasan sosial, di antaranya larangan mudik, serta terganggunya perputaran ekonomi sejumlah sektor usaha akibat macetnya siklus pasar.

Uang THR yang diterima Sri beserta buruh yang sederajat dengannya memang terbilang tidak besar, sebesar Rp 2,29 Juta per orang. Berdasar kabar yang dilansir media, pada tahun ini total angggaran yang disiapkan PT Djarum terbagi dua golongan.

Untuk buruh harian dianggarkan sebesar Rp 16,26 miliar, sedang buruh borong dianggarkan sebesar Rp 89,91 miliar. Anggaran ini dikatakan jauh lebih tinggi jika dibadingkan tahun lalu. Tahun lalu total buruhnya sebanyak 48.088 orang, yaitu pekerja borong sebanyak 41.344 orang dan pekerja harian sebanyak 6.744 orang.

Baca Juga:  LA Ice Purple Boost; Jagoan Baru Djarum

Sementara pada tahun ini jumlah buruh pabrik rokok PT Djarum sebanyak 51.451 orang. Buruh borong sebanyak 44.559 orang, dan buruh harian sebanyak 6.892 orang. Wajar, jika anggaran yang disiapkan perusahaan berlogo jarum gramophone ini mengalami peningkatan.

Perlu diketahui lagi, pencairan THR  lebih awal ini memang bukanlah hal baru yang dilakukan PT Djarum. Pada tahun-tahun sebelumnya pun perusahaan ini mengutamakan hak pekerjanya melalui THR untuk dapat memenuhi kebutuhan lebaran.

Sebagian pihak, terutama antirokok, kita ketahui tak luput pula mengisukan perlakuan pabrik rokok terkait kesejahteraan pekerjanya. Jika kita tilik dari sini, banyak buruh seperti Sri Martini yang bekerja cukup lama di pabrik rokok justru mampu bersyukur. Mengingat perusahaan mampu membuktikan itikad baiknya.

Iya, bukan tidak mungkin ada contoh Sri lainnya yang kurang beruntung. Masih banyak pabrikan rokok berskala kecil maupun menengah yang belum mampu mendahulukan hak THR pekerjanya. Di satu sisi, hal semacam ini memang menjadi kabar yang timpang di masa yang serba riskan ini.

Namun, biar bagaimanapun, setidaknya para pengusaha rokok lain dapat meneladani itikad PT Djarum. Mengutamakan hak pekerja dalam mengakses kesejahteraan menjelang hari raya, tentu saja ini adalah kewajiban perusahaan yang haram dilalaikan.

Baca Juga:  Setasion

Sebagaiman kita ketahui pula, di tiap momen May Day dari tahun ke tahun, tuntutan buruh sedunia belum sepenuhnya dapat diwujudkan para pihak. Dalam konteks ini ya pemerintah dan pengusaha. Utamanya, belum mampu memenuhi tuntutan kesejahteraan dan kelayakan upah.

Untuk itu, menjelang lebaran ini, bagi buruh seperti Sri Martini mungkin tak banyak yang bisa disampaikan selain rasa syukur. Hal itu mengisyaratkan pula rasa terimakasih dirinya akan attitude perusahaan.

Secuil gambaran ini setidaknya menjadi bukti yang dapat mengispirasi khalayak luas, bahwa industri hasil tembakau, dalam konteks ini pabrik rokok, tetap mengedepankan itikad kemanusiaan sekaligus taat asas dalam memperlakukan orang-orang yang terlibat menjalankan roda bisnis.