Press ESC to close

Kenapa Samsu Kretek Memiliki Ragam Panggilan

Telah banyak beredar sejak dulu sebutan untuk rokok Samsu kretek. Sebutan ini biasanya berasal dari tongkrongan ke tongkrongan. Setiap kalangan punya sebutannya masing-masing terhadap apa yang disukainya, layaknya seorang Chairil Anwar yang memiliki panggilan kesayangan Gajah kepada kekasihnya.

Mungkin bukan hal baru lagi jika kita mendengar sebutan Sokam untuk rokok Samsu, produk kretek berlogo 9 bintang itu. Istilah Sokam diperkirakan muncul ketika era penggunaan sisipan ‘Ok’ populer di kalangan remaja 80-an.

Pada masa itu novel Ali Topan Anak Jalanan menjadi awal pemicu kemunculan sisipan ‘Ok’ di kalangan orang muda. Novel itu menjadi salah satu produk sub culture di tengah budaya birokrasi dan kultur kesopanan yang banal.

Semisal penggunaan kata ‘bokin’ yang merujuk pada sebutan ‘bini’ atau pula pasangan. Demikian pula yang berlaku pada penyebutan rokok Samsu, yang kemudian disebut Sokam. Meski, tak semua kalangan menggunakan penyebutan yang sama, bahkan panggilan Sokam sendiri identik dengan budaya tutur tongkrongan Jakarta.

Ada juga kalangan yang menyebutnya rokok 234 merujuk kepada rokok Dji Samsoe 234. Secara analisa bebas, sebagian besar budaya lisan Indonesia gemar betul memendekkan suku kata. Tilik saja penyebutan kata ‘santai’ yang kemudian di tongkrongan tertentu disingkat menjadi ‘sans’, penyebutan sebatang menjadi ‘sebats’.

Baca Juga:  Akibat Merokok, Para Pesepakbola Ini 'Terbuang'

Agaknya memang budaya memendekkan kata ini sudah menjadi buadaya yang turun temurun. Termasuk di antarnya budaya melakukan penyingkatan ataupula yang dikenal sebagai akronim. Penyebutan 234 juga tak lepas dari kultur berbahasa tersebut.

Terdapat banyak definisi yang dibuat oleh para ahli tentang bahasa, tergantung penekanannya. Tetapi dari yang banyak itu dapat dirumuskan, bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang arbitrer  yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.

Ronald  Wardhaugh mendefinisikan bahasa sebagai “a system of arbitrary vocal symbols used for human communication”. Artinya, defenisi tersebut menekankan bahwa pada intinya bahasa adalah ucapan, bukan tulisan, yang menggabungkan antara bunyi dan makna. Tidak ada kaitan antara lambang, bunyi dan makna. Itu yang dimaksud dengan arbitrer, sebagai salah satu sifat bahasa.

Demikian beragam memang sebutan untuk sebuah produk ataupula istilah-istilah yang diproduksi melalui lisan masyarakat. Hal ini tak lepas pula dari kultur birokrasi yang gemar pula menggunakan akronim, semacam mencipta sistem kodefikasi-nya sendiri.

Baca Juga:  Apakah Harga Rokok Magnum Filter Layak di Kantong?

Terkait penyebutan Sokam atau 234 yang merujuk pada rokok Samsu, tentu saja berakar dari kultur lisan masyarakat yang saya paparkan di atas. Penyebutan semacam itu berlaku juga pada rokok Djarum Super dengan istilah Djarsup dan Djarum Coklat dengan sebutan Djarcok.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah