Press ESC to close

Asap Rokok Tak Lebih Parah Dari Asap Knalpot

Asap rokok kerap kali diposisikan sebagai penyumbang polusi paling parah dibanding asap knalpot. Keliru belaka, jika itu didasari perbandingan jumlah pengguna kendaraan dan angka perokok. Praktisnya, ketika bicara soal polusi udara, tentu ada variabel lain yang mesti lebih diperhitungkan sebagai penyumbang polusi.

Berdasar catatan WHO pada tahun 2015 terdapat 3,2 juta kasus kematian dini di seluruh dunia akibat polusi udara. Kemudian diungkap oleh peneliti setelah mengamati kandungan khusus dalam polusi udara yang disebut dengan partikulat (particulate matter atau PM), terutama yang ukurannya tak lebih besar dari 2,5 micron dan dapat terhirup masuk ke dalam paru-paru.

Sumber partikulat semacam ini bisa berasal dari sisa pembakaran, pembangkit listrik berbahan bakar batubara, kendaraan bermotor, serta emisi dari industri maupun pertanian. Namun, di berbagai pemberitaan, rokok sering disebut-sebut sebagai penyebab utama dari penyakit-penyakit mengerikan.

Sedikit sekali memang kita menemukan pemberitaan yang berimbang menyangkut polusi udara dan kesehatan. Melulu jikapun bicara kesehatan, Rokok dan perokok mendapat stigma buruk penyebab berbagai penyakit, meski faktanya tak sedikit perokok di perdesaan yang dirahmati umur panjang dan produktif.

Baca Juga:  Tobeko Sigaret Store: Bermula dari Hobi

Tentu jelas bedanya jika dibandingkan dengan kondisi perkotaan yang pada jam-jam aktif masyarakat, dimana volume kendaraan bermotor membuat arus lalu lintas menjadi padat. Udara perkotaan tercemar emisi yang ditimbulkan dari knalpot kendaraan.

Dihitung gampangnya, jika ada 100 orang yang masing-masing bepergian menggunakan motor, maka akan ada 24 g/km partikel polutan yang dihasilkan, 29 g/km NOX, dan 1400 g/km gas CO yang mencemari lingkungan.

Salah satu organisasi lingkungan, ketika menyoroti persoalan polusi udara ini, telah berupaya mendesak pemerintah di semua tingkatan untuk berinvestasi pada sumber energi terbarukan, seperti energi angin dan matahari, serta transportasi umum yang bertenaga energi bersih untuk melindungi penduduk dari polusi udara yang mematikan.

Artinya, penggunaan bahan bakar fosil yang masif digunakan di Indonesia, telah membuktikan dampak siginifikan terhadap buruknya udara perkotaan. Bahwa asap rokok punya andil tentu prosentasenya lebih kecil. Kalau disebut-sebut sebagai penyebab parahnya polusi udara, itu jadi semacam mengaburkan fakta.

Hal ini bukan berarti rokok adalah produk konsumsi yang tidak berisiko. Asap dari aktivitas merokok juga perlu menjadi perhatian, bahwa harus disadari bagi perokok untuk berlaku santun. Ada masyarakat rentan yang memang harus dihindari agar tidak terpapar asap rokok. Untuk itu merokok pada tempat yang disediakan menjadi solusi yang tepat.

Baca Juga:  Kenapa Rokok Esse Digemari Banyak Orang

Concern pemerintah untuk memperbaiki kualitas udara kota itu memang sudah seharusnya. Alangkah bagus lagi jika tak sekadar mengandalkan pembatasan penggunaan kendaraan, upaya mendorong para pihak untuk beralih ke penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan juga diperlukan.

Concern pemerintah terhadap solusi, dengan mendorong beralih ke produk bahan bakar lebih ramah sedikitnya dapat menjawab persoalan, ketimbang terus memelihara pandangan keliru, bahwa rokok dan perokok yang harus terus ditekan bahkan dikambinghitamkan. Terlalu.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah