Perokok bandel adalah label yang dialamatkan kepada orang yang merokok sembarangan. Perilaku sembarang dalam mengonsumsi produk legal ini tak jarang terjadi. Hal ini disebabkan minimnya kesadaran pelaku dalam merokok.
Pada beberapa waktu kemarin, ramai dalam pergunjingan di media sosial twitter tentang seorang pengendara yang terkena percikan abu bara rokok. Pengendara tersebut seorang perempuan yang memposting kondisi matanya akibat ulah pengendara motor yang merokok sambil berkendara.
Konyolnya, ada juga yang menyalahi korban dengan komentar yang tidak bijak. Si Mbak yang terkena percikan bara rokok itu, disebut-sebut telah teledor tidak mengondisikan kaca helmnya dengan benar. Hal itu pula yang kemudian menimbulkan persengitan.
Di dalam postingan itu, beragam komentar warganet menyoal sikap pengendara yang tak beretika itu. Sebagian besar mengutuk perilaku buruknya itu. Tak ketinggalan, Komunitas Kretek pun turut mengecam perilaku perokok sembarangan itu. Sekaligus menghimbau kepada para perokok untuk berlaku santun dalam merokok.
Perlu diketahui, selama ini selain melakukan advokasi terhadap isu rokok dan konsumen rokok, Komunitas Kretek juga concern memberi edukasi kepada perokok untuk menjadi perokok santun. Edukasi terhadap perokok ini, tak melulu dilakukan sekadar di media sosial, namun pula dalam sikap keseharian.
Tak lama pergunjingan tentang perilaku buruk perokok bandel itu, kejadian yang sama terjadi lagi. Korbannya pun (lagi-lagi) seorang perempuan, sampai-sampai harus ditangani secara medis pada bagian matanya yang terkena percikan abu bara rokok.
Mengonsumsi rokok memang bukan perbuatan ilegal. Tetapi menjadi tercela jika dilakukan sambil berkendara. Perlu diingat, selama ini rokok maupun perokok kerap mendapat label buruk, mulai dari label pesakitan, dicap kriminal, belakangan disebut pula sebagai beban negara.
Jika ditambah lagi dengan perilaku bandel dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab semacam itu. Walhasil, semakin menambah citra buruk tersebut. Masyarakat luas kerap memandang secara stereo types kepada perokok, yang sebagian besar dibentuk oleh narasi-narasi yang didapat dari realitas yang ditemuinya. Termasuk pula beragamnya pemberitaan media.
Kejadian-kejadian kontraproduktif yang kita ketahui jika dianalisa secara psikologi sosial, tentu bukan tanpa sebab. Dapat berasal dari kebiasaan perokok itu sendiri. Ataupula karena si pelaku merasa tidak punya waktu untuk menepi sejenak merokok.
Alih-alih ingin mengusir rasa kantuk ataupula memerlukan sarana untuk menurunkan ketegangan saat berkendara, maka merokok sambil berkendara dijadikan sebagai cara yang dianggap tepat. Atas pemebenaran apapun, merokok sambil berkendara itu jelas salah.
Sebagaimana produk konsumsi lainnya, rokok juga memiliki faktor risiko. Risiko yang ditimbulkan di antaranya jika kita mengonsumsi rokok tidak pada tempat dan waktu yang tepat. Niscaya, akan menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Seperti yang telah kita ketahui, asap dan bara rokok saat terbawa angin potensial sekali terkena orang lain. Untuk itu, sebagai sesama perokok, mari kita kedepankan keasadaran untuk merokok pada tempat dan waktu yang tepat. Lagipun, mana bisa dinikmati dengan optimal sih merokok sambil berkendara. Menepilah dulu, entah itu di rest area ataupula warung kopi, bila memang perlu merokok sejenak untuk memulihkan stamina.
Mari kita mulai dari diri sendiri, hargailah diri dengan merokok secara santun, agar kita juga dapat dihargai orang lain. Terimakasih, bagi siapapun yang sudah berlaku santun dalam merokok, kita hebat bukan karena kita merokok, melainkan karena kita punya teladan sikap; kesantunan.
- Panduan Menanam Tembakau untuk Pemula - 23 July 2023
- Benarkah Candu Rokok Menjerat Anak Kecil? - 21 June 2023
- Berapa Harga Rokok Cigarillos? - 12 June 2023